Recent

Text Widget

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Follow Us

Page

Diberdayakan oleh Blogger.

Tabs

Flexible Home Layout

Arsip Blog

Sub menu section

Main menu section

Kamis, 31 Januari 2013

,

Laju Reaksi

Pada sebuah reaksi kimia, baik yang terjadi di laboratorium maupun di alam dipastikan melibatkan suatu laju. Kinetika kimia merupakan disiplin ilmu yang salah satunya mempelajari laju reaksi dan mekanismenya. Setiap reaksi kimia mengalami suatu laju yang terbatas di bawah pengaruh suatu keadaan. Beberapa reaksi berlangsung sangat cepat dan juga ada yang berjalan sangat lambat. Sebagai contoh, reaksi antara larutan perak nitrat dengan natrium klorida berlangsung sangat spontan. Reaksi ionik yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+ + NO3- + Na+ + Cl- → AgCl + Na+ + NO3-

Berbeda dengan reaksi ionik, reaksi molekul berlangsung sangat lambat. Sebagai contoh adalah reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol membentuk etil asetat berikut ini:
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H5 + H2O

Ketika reaksi berjalan, dapat dibandingkan kecepatan reaksi yang dipengaruhi oleh kondisi tertentu. Laju reaksi dihitung sebagai fungsi perubahan konsentrasi reaktan atau produk. Laju reaksi secara kuantitatif pertama kali diamati oleh L. Wilhemly pada tahun 1850 dengan mengamati reaksi hidrolisis sukrosa.

Pengertian Laju Reaksi

Untuk mengetahui definisi laju reaksi, perhatikan reaksi berikut ini:
H2 + I2 → 2 HI
Ketika hidrogen dan iodin direaksikan, molekul-molekul dengan energi kinetik yang cukup akan bertumbukan disertai dengan pembentukan asam iodida. Seiring berjalannya waktu, konsentrasi hidrogen dan iodin akan berkurang dan konsentrasi asam iodida bertambah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu.

Laju reaksi di atas dapat dituliskan sebagai sebuah persamaan sebagai berikut:

Laju = Δ[H2] / Δt

Karena konsentrasi gas hidrogen berkurang, persamaan di atas akan bernilai negatif. Karena laju reaksi tidak dapat dituliskan dalam bilangan negatif, maka persamaanlah yang ditulis dengan menggunakan tanda negatif. Jadi, persamaan laju reaksi di atas dituliskan sebagai:

- Δ[H2] / Δt = - Δ[I2] / Δt = 1/2 Δ[HI] / Δt

Satuan Laju Reaksi

Laju reaksi mempunyai satuan konsentrasi dibagi waktu. Maka yang paling mudah untuk satuan laju reaksi adalah M/detik.

Konstanta Laju Reaksi

Pada suhu tetap, laju reaksi tergantung pada konsentrasi reaktan. Hubungan yang pasti antara konsentrasi dan laju reaksi ditentukan dengan mengukur laju reaksi dengan perbedaan konsentrasi awal reaktan. Maka dapat disimpulkan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan.

Laju reaksi ∞ [A]n
Publisher: Unknown - 16.00

Rabu, 30 Januari 2013

,

Korosi

Pengertian Korosi

Korosi adalah kemerosotan atau kerusakan sifat logam oleh karena proses elektrokimia, yang biasanya berjalan lambat. Contoh yang paling umum adalah korosi logam besi dengan terbentuknya karat oksidanya. Dengan demikian korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik yaitu oksidasi logam menjadi ionnya dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi elektron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.



Reaksi Kimia Korosi Logam

Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, proses reaksi redoks yang terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Anoda  :   { Fe (s)                                                 Fe2+ (aq) + 2 e }            2x
Katoda :    O2 (g) + 4 H+ (aq) + 4 e                    2 H2O (l)
Redoks :    2 Fe (s) + O2 (g) + 4 H+ (aq)             Fe2+ (aq) + 2 H2O (l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:
4 Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4 + 2x) H2O (l) 2 Fe2O3.x H2O + 8 H+ (aq)

Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi adalah:
O2 (g) + 2 H2O (l) + 2 e 4 OH- (aq)

Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi, Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

Penyebab Korosi

Korosi merupakan reaksi kimia yang terjadi secara alami dan spontan. Tanpa campur tangan manusia, logam dapat bereaksi dengan faktor luar dan menyebabkan peristiwa korosi. Beberapa faktor penyebab korosi antara lain:
  1. Tingginya reaktivitas logam.
  2. Adanya zat pengotor.
  3. Adanya udara bebas, uap air, dan gas tertentu seperti CO2 dan SO2.
  4. Adanya zat-zat elektrolit.

Laju Korosi

Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan kondisi mpy (mils per penetration)

mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)
dimana
A = luas permukaan korosi (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = waktu korosi (hari)


Pencegahan Korosi

Perlindungan katodik

Prinsip dari perlindungan katodik adalah mengubah potensial elektroda dari struktur logam sehingga dapat menambah "kekebalan" logam yang ingin dilindungi. Bagian yang dilindungi tentu saja adalah permukaan, karena korosi dimulai dari bagian permukaan, sehingga menutup kemungkinan terjadinya reaksi korosi. Perlindungan katodik penting digunakan untuk logam alat-alat selam dan bawah tanah.

Penghambat (inhibitor) korosi

Adanya molekul asing dapat mempengaruhi reaksi pada permukaan. Proses korosi adalah salah satu jenis reaksi permukaan. Korosi dapat dikendalikan dengan senyawa asning yang dikenal dengan senyawa inhibitor (penghambat). Senyawa penghambat dapat terabsorpsi pada permukaan logam yang bereaksi. Senyawa tersebut langsung menyerap ke arah lapisan permukaan logam. Senyawa penghambat dapat berkerja pada cara yang berbeda, yaitu memblokir bagian yang rawan korosi dan mencegah laju anodik maupun katodik. Cara lainnya adalah dengan meningkatkan potensial elektroda. Contoh senyawa yang dapat menghambat reaksi anodik adalah heksilamina dan natrium benzoat. Dengan cara yang sama, oksidator seperti nitrit, kromat, amina, tiourea juga dapat digunakan untuk menghambat korosi.

Publisher: Unknown - 16.00

Selasa, 29 Januari 2013

,

Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)

Pengertian Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)

Berdasarkan perkembangannya, reaksi redoks dimulai dari pemahaman batasan tradisional, yaitu reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen, atau pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron. Sedangkan sebaliknya, reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen, atau pengikatan hidrogen, atau pengikatan elektron. Batasan lain yaitu bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi penaikan bilangan oksidasi dan reaksi reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi.

Kedua reaksi ini selalu terjadi secara bersamaan, serentak, artinya ada spesies yang teroksidasi dan spesies lainnya tereduksi. Oleh karena itu, lebih tepat dinyatakan sebagai rekasi reduksi-oksidasi atau disingkat reaksi redoks.

Contoh Reaksi Redoks

Contoh reaksi redoks adalah apabila batang tembaga dicelupkan dalam larutan perak nitrat, maka lapisan putih mengkilat akan terjadi pada permukaan batang tembaga dan larutan berubah menjadi biru.

reaksi redoks logam tembaga dan perak nitrat
Reaksi redoks terjadi antara logam tembaga dan larutan perak nitrat

Dalam hal ini bilangan oksidasi tembaga naik dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi perak turun dari +1 menjadi 0. Tembaga mengalami oksidasi dan perak mengalami reduksi. Persamaan reaksi antara keduanya dapat dituliskan sebagai berikut:

Cu (s) + 2 AgNO3 (aq) Cu(NO)3 (aq) + 2 Ag (s)
atau
Cu (s) + 2 Ag+ (aq) Cu2+ (aq) + 2 Ag (s)

Reaksi redoks ini sering dinyatakan dengan penulisan setengah reaksi secara terpisah, pelepasan elektron sebagai oksidasi dan penangkapan elektron sebagai reduksi:

Oksidasi: Cu (s)                        Cu2+ (aq)   +  2 e
Reduksi:  2 Ag+ (aq) + 2 e        2 Ag (s)

Reaksi redoks yang sedikit lebih rumit ditemui antara gas hidrogen sulfida dengan larutan ion besi(III) yang menghasilkan padatan belerang, ion besi(II) dan ion hidronium menurut persamaan reaksi:

H2S (g) + 2 Fe3+ (aq) + 2 H2O (l) S (s) + 2 Fe2+ (aq) + 2 H3O+ (aq)

Dalam reaksi tersebut, besi telah mengalami reduksi dari +3 menjadi +2 dan belerang mengalami oksidasi dari -2 menjadi nol, Jadi persamaan redoks tersebut dapat dipisahkan menjadi dua setengah reaksi sebagai berikut:

Oksidasi: H2S (g) + 2 H2O (l)        S (s) + 2 H3O+ (aq) + 2 e
Reduksi:  2 Fe3+ (aq) + 2 e             2 Fe2+ (aq)

Penerapan Reaksi Redoks

Beberapa contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
  1. Peristiwa korosi
  2. Pemakaian sel baterai
  3. Pemakaian sel aki
  4. Pemakaian sel bahan bakar
Publisher: Unknown - 16.00

Senin, 28 Januari 2013

,

Bilangan Oksidasi (Biloks)

Pengertian Bilangan Oksidasi (Biloks)

Bilangan oksidasi adalah bilangan positif atau negatif yang menunjuk pada muatan suatu spesies bila elektron-elektron dianggap terdistribusi pada atom-atom menurut aturan tertentu. Aturan distribusi ini adalah secara ionik bagi spesies heteronuklir yang artinya terjadi perpindahan elektron kepada atom yang lebih bersifat elektronegatif, dan secara kovalen murni bagi spesies homonuklir. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) melibatkan adanya transfer elektron, dengan demikian terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi spesies yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk mengetahui jumlah elektron yang terlibat perlu identifikasi tingkat oksidasi atau bilangan oksidasi yang terlibat dalam reaksi.

Aturan Bilangan Oksidasi

Atas batasan yang telah dijabarkan di atas, maka bilangan oksidasi dapat ditentukan oleh aturan berikut:
  1. Bilangan oksidasi untuk setiap atom unsur adalah nol.
  2. Bilangan oksidasi ion monoatomik adalah sama dengan muatan ion yang bersangkutan.
  3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi suatu spesies poliatomik netral adalah nol, dan suatu spesies poliatomik asam dengan muatan ion yang bersangkutan.
  4. Dalam suatu senyawa, unsur yang lebih elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi negatif, dan unsur yang lebih elektropositif mempunyai bilangan oksidasi positif.
  5. Untuk suatu senyawa yang dalam molekulnya tersusun lebih dari satu atom yang sama, dikenal adanya bilangan oksidasi rata-rata maupun bilangan oksidasi individual bagi masing-masing atom berdasarkan ikatannya.

Aturan nomor 5 mengindikasikan bahwa atom unsur yang sama dalam satu molekul dapat memiliki tingkat oksidasi yang berbeda, dan ini sebagai akibat kedudukan ikatan yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah senyawa Na2S2O3. Dalam senyawa tersebut setiap atom natrium dan oksigen masing-masing mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2, tetapi kedua atom belerang sesungguhnya mempunyai bilangan oksidasi individual yang berbeda yaitu +5 untuk atom Spusat dan -1 untuk atom Sterminal, sehingga atom S mempunyai tingkat oksidasi rata-rata +2. Perbedaan tingkat oksidasi atom S dalam senyawa tersebut memang ditunjukkan oleh perbedaan sifat reaksinya sebagaimana sifat ikatannya. Atom S dan O masing-masing mempunyai 6 elektron valensi, dan dengan adanya 2 elektron tambahan (dari dua atom Na) menghasilkan formula konfigurasi oktet elektron model Lewis, S2O32-. Pertimbangan sifat elektronegativitas menyarankan bahwa ke enam elektron valensi atom Spusat lebih tertarik ke arah tiga atom oksigen, dan sepasang elektron ikatan S-S berada di tengah-tengah antara keduanya sehingga kedua atom belerang dalam lingkungan elektronik yang berbeda. Akibatnya, tingkat oksidasinya pun berbeda pula. Tiap atom O menjadi seolah-olah kelebihan 2 elektron dan dengan demikian mempunyai tingkat oksidasi -2. Sepasang elektron ikatan S-S dimiliki bersama dengan kekuatan elektronegativitas yang sama pula sehingga masing-masing atom S mendapat 1 elektron. Dengan demikian, diperoleh tingkat oksidasi +5 (= +6 -1) untuk atom Spusat, dan -1 untuk atom Sterminal.


Perbedaan Biloks dengan Muatan Formal

Perlu diingat bahwa perbedaannya dengan konsep muatan formal yaitu bahwa konsep ini mengasumsikan pada ikatan kovalen murni sehingga pasangan elektron ikatan selalu dimiliki bersama dengan kekuatan yang sama antara dua atom yang berbeda elektronegativitasnya. Sedangkan konsep bilangan oksidasi mengasumsikan pada ikatan ionik antara dua atom yang berbeda sehingga pasangan elektron ikatan selalu berpihak kepada atom yang lebih elektronegativitasnya lebih tinggi. Dalam molekul CO menurut struktur elektronik Lewis, masing-masing atom mempunyai muatan formal -1 untuk atom C dan +1 untuk atom O, tetapi mempunyai tingkat oksidasi +2 untuk atom atom C dan -2 untuk atom O.
Publisher: Unknown - 16.00

Minggu, 27 Januari 2013

,

Struktur Lewis

Spesies yang tersusun oleh khusunya unsur-unsur nonlogam seperti H2, O2, N2, H2O, HCl, dan CH4 ternyata mempunyai sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat senyawa ionik, sifat tersebut misalnya bukan penghantar listrik. Oleh karena itu, pembentukan ikatan antara atom-atom penyusun molekul menurut model transfer elektron sebagaimana diterapkan untuk molekul ionik tidak lagi tepat. Pernyataan yang menantang para ahli kimia pada awal abad ke dua puluh perihal bagaimana atom-atom itu bergabung membentuk suatu molekul, dijawab oleh Gilbert N. Lewis pada tahun 1916 yang mengusulkan bahwa elektron valensi suatu atom dapat divisualisasikan seolah-olah menempati titik-titik sudut suatu kubus di seputar intinya. Suatu atom yang kekurangan elektron yang diperlukan untuk menempati kedelapan titik sudut kubus dapat mengadakan "persekutuan" melalui rusuk kubus dengan atom lain untuk melengkapi pemilikan oktet seperti pada gambar berikut:

kubus lewis

Sebagaimana banyak ide revolusioner umumnya, ide Lewis ini juga ditolak oleh banyak ahli kimia pada waktu itu. Namun demikian konsep pembentukan pasangan-pasangan elektron sekutu kemudian dapat diterima walaupun model diagram kubus tersebut akhirnya hilang tidak mendapat dukungan. Pandangan klasik perihal ikatan kemudian segera berkembang dengan munculnya mekanika kuantum. Linus Pauling pada tahun 1937 mengenalkan model ikatan yang melibatkan tumpang tindih orbital atomik.

Lewis selanjutnya mengidentifikasi ikatan kimia sebagai pasangan elektron sekutu, meskipun tidak dapat menjelaskan mengapa pasangan elektron dan bukan jumlah yang lain harus bertanggungjawab dalam pembentukan ikatan. Pasangan elekron sekutu yang kemudian dikenal sebagai ikatan kovalen, dilukiskan sebagai ikatan tunggal A-B untuk sepasang elektron sekutu, ikatan rangkap dua A=B dan ganda tiga A≡B, masing-masing untuk dua dan tiga pasangan sekutu. Pembentukan pasangan elektron ini untuk mencapai konfigurasi elektron terluar delapan, oktet, seperti halnya dijumpai dalam gas mulia (kecuali He) yang ternyata stabil. Sebagai contoh adalah H2O (air), NH3 (amonia), dan CH4 (metana) sebagai berikut:

struktur lewis air, amonia, metana


Untuk ion, biasanya muatan dilukiskan untuk satu keseluruhan dan bukan untuk atom secara individu, khususnya jika atom-atom pengelilingnya sama. Sebagai contoh adalah ion karbonat sebagai berikut:
struktur lewis karbonat

Publisher: Unknown - 16.00

Sabtu, 26 Januari 2013

,

Ikatan Logam

Pengertian Ikatan Logam

Lebih dari delapan puluh unsur yang ada di sistem periodik unsur adalah logam. Logam bersifat padat pada temperatur dan tekanan standar, dengan pengecualian unsur merkuri dan galium yang keduanya berupa cairan. Sebagai pengingat, sifat-sifat logam adalah sebagai berikut:
  1. Mempunyai konduktivitas termal dan listrik yang tinggi.
  2. Berkilau dan memantulkan cahaya.
  3. Dapat ditempa.
  4. Mempunyai variasi kekuatan mekanik.
Ikatan logam adalah suatu kekuatan utama yang menyatukan atom-atom logam. Ikatan logam merupakan akibat dari adanya tarik menarik muatan positif dari logam dan muatan negatif dari elektron yang bergerak bebas.

Sifat-sifat logam tidak dapat dimasukkan dalam kriteria ikatan seperti ikatan kovalen maupun ikatan ion. Senyawa ionik tidak dapat mengantarkan listrik pada fase padatan, dan senyawa ionik bersifat rapuh (berlawanan dengan sifat logam).  Atom dari senyawa logam hanya mengandung satu sampai tiga elektron valensi. Dengan demikian atom tersebut tidak mampu membentuk ikatan kovalen. Senyawa kovalen merupakan penghantar listrik yang buruk dan umumnya berupa cairan (dengan sifat berkebalikan dengan pembentukan logam). Dengan demikian, logam membentuk model ikatan yang berbeda.

Model Lautan Elektron

Untuk menjelaskan ikatan pada logam, Lorentz mengusulkan sebuah model yang dikenal dengan model gas elektron atau model lautan elektron. Model ini didasarkan pada sifat logam berikut:

Energi ionisasi yang rendah

Logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah. Secara tak langsung, pengertian ini merujuk pada elektron valensi yang tidak terikat dengan kuat oleh inti. Elektron valensi dapat bergerak dengan bebas diluar pengaruh inti. Dengan demikian, logam mempunyai elektron yang bebas bergerak.

Banyak orbital kosong

Telah diteliti bahwa logam mempunyai banyak orbital yang kosong sebagai akibat elektron valensi logam lebih rendah daripada orbital valensi logam. Sebagai contoh, logam litium mempunyai orbital 2p yang kosong; natrium mempunyai orbital 3p dan 5d yang kosong; dan magnesium mempunyai orbital 3p dan 3d yang juga masih kosong.

Contoh Ikatan Logam

Elektron yang paling luar pada sebagian besar logam biasanya mempunyai hubungan yang tidak erat dengan ini karena letaknya yang jauh dari muatan positif inti. Semua elektron valensi logam-logam bergabung membentuk lautan elektron yang bergerak bebas di antara inti atom. Elektron yang bergerak bebas beraksi sebagai ikatan terhadap ion bermuatan positif. Ikatan logam tidak mempunyai arah. Akibatnya, ikatan tidak rusak ketika logam ditempa.

Skema ikatan logam dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektron valensi menjadi terdisosiasi dengan inti atomnya dan membentuk lautan elektron.


Contoh ikatan unsur yang mempunyai ikatan logam adalah sebagian besar logam seperti Cu, Al, Au, Ag, dsb. Logam transisi seperti Fe, Ni, dsb membentuk ikatan campuran yang terdiri dari ikatan kovalen (pada elektron 3d) dan ikatan logam.
Publisher: Unknown - 16.00

Jumat, 25 Januari 2013

,

Ikatan Hidrogen

Pengertian Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen adalah sebuah interaksi tarik-menarik (dipol-dipol) antara atom yang bersifat elektronegatif dengan atom hidrogen yang terikat pada atom lain yang juga bersifat elektronegatif. Jadi, ikatan hidrogen tidak hanya terjadi pada satu molekul, melainkan bisa antara molekul satu dengan molekul yang lainnya. Ikatan hidrogen selalu melibatkan atom hidrogen. Inilah gambar ilustrasi ikatan hidrogen:

gambar ikatan hidrogen

Sifat Kekuatan Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen bersifat lebih kuat dibandingkan gaya van der Waals, tetapi lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion.

Pembentukan Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen sangat dominan dalam kimia air, larutan air, pelarut hidroksilik, spesies yang mengandung gugus -OH umumnya, dan penting juga dalam sistem biologi misalnya sebagai penghubung rantai polipetida dalam rantai protein dan pasangan basa dari asam nukleat.

Apabila atom hidrogen terikat pada atom lain, terutama F, O, N, atau Cl, sedemikian sehingga ikatan X-H bersifat sangat polar dengan daerah positif pada atom H, maka atom H ini dapat berinteraksi dengan spesies negatif lain atau spesies kaya elektron membentuk ikatan hidrogen (Xδ- - Hδ+•••Y ; H•••Y = ikatan hidrogen). Walaupun detilnya sangat bervariasi, tetapi umumnya dipercaya bahwa sifat khas gaya elektrostatik yang besar antara atom H dan Y. Konsekuensinya, jarak ikatan X-H dengan ikatan hidrogen akan menjadi lebih panjang, sekalipun tetap sebagai ikatan kovalen tunggal, daripada panjang ikatan normal X-H tanpa ikatan hidrogen. Demikian juga jarak H•••Y umumnya lebih panjang daripada jarak ikatan normal H-Y. Dalam hal ikatan hidrogen sangat kuat, jarak X•••Y menjadi sangat pendek dan panjang ikatan antara X-H dan H•••Y keduanya menjadi pendek dan hampir sama.

Bukti Adanya Ikatan Hidrogen

Bukti adanya peran ikatan hidrogen yang mana cukup signifikan adalah perbandingan sifat fisik titik didih abnormal dari senyawa-senyawa NH3, HF, dan H2O. Kekuatan ikatan hidrogen dalam molekul-molekul secara berurutan adalah H2O > HF > NH3. Penyimpangan titik didih NH3, HF, dan H2O dalam hubungannya dengan titik didih senyawa-senyawa kovalen hidrida dari unsur-unsur dalam golongan yang sama menunjukkan peran ikatan hidrogen yang sangat jelas seperti gambar berikut ini:

gambar titik didih normal senyawa biner hidrogen golongan p
Titik didih normal senyawa biner hidrogen golongan p

Dari studi kristalografik dapat diketahui bahwa dalam es setiap atom oksigen dikelilingi oleh empat atom-atom oksigen yang lain secara tetrahedral dan keempat atom-atom hidrogen terletak antara atom-atom oksigen sekalipun tidak tepat di tengahnya. Jadi, setiap atom O mengikat dua atom H dengan jarak yang sama ~1,01 Å dan dua atom H yang lain dengan jarak yang lebih panjang, ~1,75 Å, sebagai ikatan hidrogen. Jadi, jarak O-O ~2,76 Å. Struktur es ini terbuka dan distribusi ikatan hidrogen terbentuk secara acak. Jika es meleleh, maka sebagian ikatan hidrogen terputus sehingga struktur es tidak lagi dapat dipertahankan dan berakibat naiknya densitas air.

Ikatan Hidrogen pada Spektroskopi

Bukti adanya ikatan hidrogen yang lebih signifikan adalah melalui studi kristalografik - sinar X, difraksi neutron, demikian juga spekrum infra merah dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR) baik untuk padatan cairan, maupun larutan. Di dalam spektrum inframerah, untuk senyawa X-H yang mengandung ikatan hidrogen, maka energi vibrasi - stretching X-H akan menjadi melemah hingga akan muncul pada spektrum dengan frekuensi yang lebih rendah dan melebar - tumpul.
Publisher: Unknown - 16.00

Kamis, 24 Januari 2013

,

Ikatan Ion

Pengertian Ikatan Ion

Secara sederhana, definisi ikatan ion adalah ikatan antara dua macam ion (kation dan anion) oleh gaya-gaya elektrostatik Coulomb. Namun, misalnya untuk senyawa kompleks [Fe(H2O)6]2+, ion pusat Fe2+ dengan molekul pengeliling H2O, juga sebagian besar diikat oleh gaya-gaya elektrostatik antara ion pusat dengan dipol listrik tetap yaitu negatif yang dihasilkan oleh molekul pengeliling. Oleh karena ikatan ion terjadi dengan cara transfer elektron, maka dapat diramalkan bahwa unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah dengan karakteristik ns(1-2) mempunyai kecenderungan yang cukup kuat untuk membentuk ikatan ionik dengan unsur-unsur golongan halogen dan oksigen dengan karakteristik ns2 np(4-5). Kenyataannya ditemui berbagai tipe ion dengan konfigurasi elektronik tertentu.

ikatan ion NaCl

Jenis-jenis Spesies Ion

Spesies tanpa elektron valensi

Ion hidrogen H+, barangkali dapat dipandang sebagai satu-satunya contoh spesies tanpa elektron valensi, meskipun eksistensinya distabilkan dalam bentuk tersolvasi oleh pelarut, yaitu sebagai ion hidronium, H3O+, dalam air.

Spesies dengan dua elektron valensi

Beberapa spesies yang cukup stabil dengan dua elektron valensi adalah ion hidrida, H+, Li+, dan Be2+. Ion-ion ini mengadopsi konfigurasi elektronik gas mulia He.

Spesies dengan delapan elektron valensi

Pembentukan spesies yang stabil dengan delapan elektron valensi adalah seperti Na+, Mg2+, F- dan O2-. Jadi, NaF, Na2O, MgF2, dan MgO merupakan contoh spesies ionik dengan mengadopsi konfigurasi elektron valensi gas mulia terdekat, Ne.

Spesies dengan sembilan elektron valensi

Kenyataan bahwa banyak senyawa-senyawa golongan d juga bersifat ionik, sudah barang tentu kestabilan konfigurasi elektroniknya, khusunya jumlah elektron valensi, tidak lagi mengikuti kaidah oktet, tetapi mencapai delapan belas. Spesies ini banyak ditemui pada golongan 11, 12 bahkan juga golongan 13 mulai periode 4.

Spesies dengan "delapan belas + dua" elektron valensi

Spesies ini umumnya terdiri atas unsur-unsur berat. Unsur 81Tl dijumpai sebagai kation Tl3+ yaitu sistem 18 elektron valensi yang cukup stabil. Namun demikian, kation Tl+ ternyata juga ditemui dan bahkan lebih stabil daripada kation Tl3+. Kestabilan sistem konfigurasi ini sering pula dikaitkan dengan kenyataan penuhnya semua orbital yang terisi, yang secara khusus dikenal sebagai sistem konfigurasi elektronik "18+2" atau dengan istilah spesies dengan pasangan elektron inert. Unsur-unsur Ga, In, dan Tl (golongan 13 tabel periodik), Ge, Sn, dan Pb (golongan 14) dan As, Sb, dan Bi (golongan 15) dapat membentuk secara berurutan ion-ion M+, M2+ dan M3+ yang khas dengan pasangan elektron inert, (4-6)s2.

Spesies dengan berbagai macam elektron valensi

Ion-ion tipe ini terdiri atas unsur-unsur transisi golongan d dan f yang mempunyai konfigurasi elektronik d dan f belum penuh. Umumnya, ion-ion ini mempunyai konfigurasi elektronik terluar 8-18 yaitu ns2 np6 nd0-10 dengan n = 3, 4, 5. Tambahan pula, unsur-unsur golongan transisi dikenal dapat membentuk kation degan berbagai macam tingkat oksidasi.
Publisher: Unknown - 16.00

Rabu, 23 Januari 2013

,

Ikatan Kovalen Koordinasi

Pengertian ikatan kovalen koordinasi

Pembahasan sebelumnya tentang ikatan kovalen telah menjelaskan bahwa pengertian ikatan kovalen adalah penggunaan bersama-sama pasangan "elektron sekutu" (sharing electron). Pembentukan pasangan elektron sekutu tidak harus selalu berasal dari kedua belah pihak atom yang berikatan, melainkan dapat berasal dari satu pihak saja, namun tetap menjadi milik bersama. Dengan demikian dalam kasus ini ada pihak penyumbang (donor) dan ada pihak penerima (akseptor) pasangan elektron. Ikatan demikian ini tentu saja merupakan ikatan kovalen dan sering dinyatakan secara khusus sebagai ikatan kovalen koordinasi atau ikatan kovalen koordinat dengan simbol tanda panah dari atom donor menuju akseptor, meskipun hal ini bukan suatu keharusan.

Contoh ikatan kovalen koordinasi

Sebagai contoh ikatan kovalen koordinasi adalah senyawa amonia, NH3, terdiri atas tiga pasangan elektron sekutu untuk tiga ikatan kovalen tunggal N-H. Namun karena atom N memiliki lima elektron valensi, maka masih tersedia sepasang elektron bukan ikatan atau sepasang elektron menyendiri (lone pair electron). Jika molekul NH3 bergabung dengan ion H+ (hidrogen tanpa elektron) membentuk ion NH4+, maka hanya ada satu kemungkinan pembentukan pasangan elektron sekutu yang berasal dari atom N sebagai ikatan kovalen koordinasi, yang dapat dilukiskan menurut gambar berikut.

gambar ikatan kovalen koordinasi amonium

Kenyataan bahwa keempat ikatan kovalen N-H mempunyai panjang ikatan yang sama menyarankan bahwa penggambaran khusus ikatan kovalen koordinasi tidak bermanfaat kecuali hanya mengindikasikan proses pembentukan pasangan elektron sekutu saja dan oleh karena itu muatan ion menjadi milik seluruh gugus amonium.
Publisher: Unknown - 16.00

Selasa, 22 Januari 2013

,

Ikatan Kovalen

Pengertian Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi jika adanya penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama oleh atom-atom yang berikatan. Dengan kata lain, pasangan elektron ini digunakan bersama-sama (shared electrons - elektron sekutu). Sebagai contoh sederhana adalah adanya ikatan kovalen yang terjadi antara unsur hidrogen dengan oksigen membentuk air (H2O). Masing-masing ikatan kovalen mengandung dua elektron, yaitu satu berasal dari hidrogen dan satunya lagi berasal dari oksigen.

Atom berikatan kovalen dengan atom lain untuk mencapai kestabilan. Dengan adanya "penyekutuan" elektron valensi, atom dapat memenuhi orbital atom terluarnya dan mencapai kestabilan.

Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar

Ikatan Kovalen Polar

Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika elektron sekutu di antara atom tidak benar-benar dipakai bersama. Hal ini terjadi ketika satu atom mempunyai elektronegativitas yang lebih tinggi daripada atom yang lainnya. Atom yang mempunyai elektronegativitas yang tinggi mempunyai tarikan elektron yang lebih kuat. Akibatnya elektron sekutu akan lebih dekat ke atom yang mempunyai elektronegativitas tinggi. Dengan kata lain, akan menjauhi atom yang mempunyai elektronegativitas rendah. Ikatan kovalen polar menjadikan molekul yang terbentuk mempunyai potensial elektrostatis. Potensial ini akan membuat molekul lebih polar, karena ikatan yang terbentuk dengan molekul polar lain relatif lemah. Ilustrasi ikatan kovalen polar adalah sebagai berikut:

gambar ikatan kovalen polar

Contoh senyawa kovalen polar adalah air, sulfida, ozon, dsb.

Ikatan Kovalen Non Polar

Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika atom membagikan elektronnya secara setara (sama). Biasanya terjadi ketika ada atom mempunyai afinitas elektron yang sama atau hampir sama. Semakin dekat nilai afinitas elektron, maka semakin kuat ikatannya. Ikatan kovalen nonpolar terjadi pada molekul gas, atau yang sering disebut sebagai molekul diatomik. Ikatan kovalen nonpolar mempunyai konsep yang sama dengan ikatan kovalen polar, yaitu atom yang mempunyai nilai elekronegativitas tinggi akan menarik elektron lebih kuat. Pernyataan tesebut benar, namun jika terjadi pada molekul diatom (dimana atom penyusunnya adalah sama) maka elektronegativitas juga sama. Ilustrasi ikatan kovalen nonpolar adalah sebagai berikut:

gambar ikatan kovalen nonpolar

Contoh senyawa kovalen nonpolar adalah gas hidrogen, gas nitrogen, dsb.
Publisher: Unknown - 16.00

Senin, 21 Januari 2013

,

Soal dan Jawaban Larutan Penyangga (Buffer)

Soal #1:
Sebuah larutan penyangga dibuat dengan mereaksikan 1 M amonia dan 1 M amonium klorida. Berpakah pH?
Soal #2:
Sebuah larutan penyangga dibuat dengan mereaksikan 0,8 M amonia dan 1 M amonium klorida. Berapakah pH?
Soal #3:
Sebuah larutan penyangga dibuat dengan mereaksikan 1 M amonia dan 0,8 M amonium klorida. Berapakah pH?
Jawaban Soal #1:
Menjawab soal dengan rumus basa akan satu langkah lebih banyak daripada menggunakan asam. Cara ini digunakan ketika diketahui Kb larutan basa.
Dalam hal ini tidak dapat menggunakan Kb untuk basa, melainkan harus menggunakan Ka untuk asam konjugat.
Dalam soal ini, diketahui Kb amonia adalah 1,77 x 10¯5
Kita harus tahu bahwa Ka adalah milik ion amonium yang berperan sebagai asam konjugat. Dari sana kita mengetahui pKa. Dengan rumus ini dapat dicari nilai pKa:
Kw = KaKb 10¯14 = (Ka) (1,77 x 10¯5)
Ka = 5,65 x 10¯10
pKa = - log Ka = - log 5,65 x 10¯10 = 9,248
Sekarang kita masuk ke persamaan larutan penyangga (persamaan Henderson-Hasselbalch):
pH = pKa +log (asam / basa)
pH = 9,248 + log (1 / 1)
pH = 9,248

Jawaban Soal #2:
Dengan cara yang sama dengan Jawaban Soal #1, maka Soal #2 dan Soal #3 dapat dijawab seperti berikut:
pH = 9,248 + log (0,8 / 1)
pH = 9,248 - 0,097
pH = 9,151
Jawaban Soal #3:
pH = 9,248 + log (1 / 0,8)
pH = 9,248 + 0,097
pH = 9,345
Pembahasan tiga contoh soal larutan penyangga di atas:
1) pH larutan penyangga ini bukan hanya pH larutan amonia. pH amonia 1 M adalah 11,624.
2) Dapat diibaratkan larutan di atas adalah basa and asam konjugatnya.
3) Perhatikan pada Soal #1, pH kurang dari larutan basa murni (9,258 dibanding 11,624). Hal ini dikarenakan asas Le Chatelier. Perhatikan reaksi amonia dengan air:
NH3 + H2O NH4+ + OH¯
Peningkatan konsentrasi ion amonium (NH4+) akan mendorong kesetimbangan ke kiri, menurunkan konsentrasi ion OH¯. Hal ini membuat larutan bersifat lebih asam, membuat pH larutan penyangga lebih kecil daripada pH larutan amonia murni.
4) Perhatikan bahwa dengan jumlah asam yang lebih banyak (amonium adalah sebagai asam) dibandingkan dengan basa pada Soal #2, pH menjadi lebih asam daripada pH perbandingan 1:1 di Soal #1.
5) Perhatikan bahwa dengan jumlah basa yang lebih banyak (the amonia adalah sebagai basa) dibandingkan dengan asam, pada Soal #3, pH menjadi lebih basa daripada pH perbandingan 1:1 di Soal #1.
Publisher: Unknown - 16.00

Minggu, 20 Januari 2013

,

Pembahasan Larutan Penyangga

Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyangga (buffer solution) adalah larutan yang mempunyai pH yang sangat stabil. Jika suatu asam atau basa ditambahkan pada larutan penyangga, maka pH tidak berubah secara signifikan. Dengan cara lain, menambahkan air ke dalam atau menguapkan air dari larutan pH juga tidak mengubah pH larutan buffer.


Cara Kerja Larutan Penyangga

Seperti yang telah diketahui dalam menghitung pH larutan, penambahan sedikit asam kuat akan mengubah pH larutan (kecuali larutan penyangga) secara drastis. Tetapi, ada suatu kondisi dimana pH harus dijaga supaya tetap konstan ketika asam atau basa ditambahkan ke dalam larutan. Larutan penyangga menjawab tantangan tersebut. Para ahli kimia sering menggunakan larutan buffer untuk mengatur pH sebuah reaksi.

Secara singkat, cara kerja larutan penyangga adalah ketika ion hidrogen ditambahkan pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan penyangga. Ion hidroksida juga akan ternetralisasi oleh asam. Reaksi netralisasi tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang banyak terhadap pH larutan penyangga.

Ketika menentukan asam untuk larutan penyangga, cobalah untuk memilih asam yang mempunyai nilai tetapan kesetimbangan asam (pKa) yang dekat dengan pH yang diinginkan. Hal ini akan memberikan larutan penyangga yang ekivalen terhadap asam dan basa konjugat untuk menetralisasi sebanyak mungkin H+ dan OH-.

Cara Membuat Larutan Penyangga

Larutan penyangga secara sederhana dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugatnya. Secara sama, larutan penyangga juga dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah dengan asam konjugatnya. Larutan penyangga bekerja secara bereaksi dengan asam atau basa yang ditambahkan untuk mengendalikan pH. Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah larutan penyanga yang terbuat dari basa lemah amonia, NH3 dan asam konjugatnya, ion amonium (NH4+). Ketika asam klorida (HCl) ditambahkan pada larutan tersebut, amonia akan "merendam" proton (H+) dari asam menjadi ion NH4+. Karena proton telah terkunci dalam ion amonium, proton tidak dapat menjalankan aksinya untuk menurunkan pH larutan. Ketika NaOH ditambahkan pada larutan penyangga yang sama, ion amonium akan menyumbangkan proton yang tadi terkunci kepada basa menjadi amonia dan air. Dalam hal ini larutan penyangga menetralkan basa.

Seperti pada contoh di atas, larutan penyangga bekerja dengan menggantikan asam atau basa kuat dengan yang lemah. Proton asam kuat digantikan oleh ion amonium (sebuah asam lemah). Basa kuat OH- digantikan oleh basa lemah amonia. Penggantian ini menyebabkan larutan penyangga mempunyai kekuatan mengendalikan pH.

Fungsi Larutan Penyangga

Larutan penyangga mempunyai kaitan erat dengan kehidupan. Penerapan larutan penyangga mudah sekali ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Beberapa fungsi larutan penyangga adalah:

Pada sistem biologi

Dalam sistem biologi, larutan penyangga ditemukan pada air liur, usus, dan darah untuk menjaga supaya pH tetap konstan dan organ tubuh bekerja dengan semestinya. Sebagian besar enzim juga bekerja pada nilai pH tertentu.

Dalam darah

Darah juga mengandung sistem buffer karena alasan berikut:
  • pH darah umumnya sekitar 7,4.
  • Jika pH darah selisih 0,5 saja, akan menyebabkan ketidaksadaran atau kondisi koma.
  • Karbondioksida dihasilkan lewat pernapasan dapat meningkatkan keasaman darah dengan membentuk ion H+.
  • Kehadiran ion hidrogen karbonat akan menghilangkan H+ yang berlebihan.

Aplikasi larutan penyangga yang lain

Beberapa peralatan rumah tangga menggunakan cara kerja larutan penyangga. Di antaranya adalah:
  • Pada sampo, larutan penyangga digunakan untuk menjaga kebasaan supaya tidak mencederai mata.
  • Pada lotion bayi, menjaga pH supaya tetap 6 untuk mencegah perkembangbiakan bakteri.
  • Selain itu, sistem penyangga juga ditemukan pada tetes mata dan serbuk pencuci.
Publisher: Unknown - 16.00

Sabtu, 19 Januari 2013

,

Soal dan Jawaban Hidrolisis Garam

Inilah beberapa contoh soal menghitung pH hidrolisis garam. Soal mencari pH hidrolisis garam ini mengambil beberapa aspek yang diketahui.

Soal #1: Berapakah pH larutan amonium klorida (NH4Cl) 0,05 M jika diketahui Ka = 5.65 x 10¯10.
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi hidrolisis garam NH4Cl:
NH4+ + H2O <==> NH3 + H3O+
2) Persamaan Ka NH4+:
  [NH3] [H3O+]
Ka = ----------------
  [NH4+]
3) Memasukkan nilai Ka dan mengubahnya menjadi persamaan umum. Jumlah NH3 dan H3O+ adalah sama, sehingga keduanya dapat diganti dengan x :
  (x) (x)
5.65 x 10¯10 = ----------------
  0.0500 - x
4) Karena x sangat kecil, maka dapat diabaikan dalam pengurangan. Sehingga dapat diketahui konsentrasi ion hidronium adalah:
x = akar pangkat [(5,65 x 10¯10) (0.0500)] x = 5,32 x 10¯6 M = [H3O+]
5) Maka pH dapat diketahui dari nilai [H3O+] :
pH = - log 5,32 x 10¯6 = 5,274

Soal #2: Berapakah pH larutan 0,100 M metil amonium klorida (CH3NH3Cl)? Diketahui Ka ion metil amonium (CH3NH3+) adalah 2,70 x 10¯11
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi hidrolisis garam CH3NH3+:
CH3NH3+ + H2O <==> CH3NH2 + H3O+
2) Persamaan Ka CH3NH3+:
  [CH3NH2] [H3O+]
Ka = ----------------
  [CH3NH3+]
3) Memasukkan nilai Ka dan mengubahnya menjadi persamaan umum. Jumlah CH3NH2 dan H3O+ adalah sama, sehingga keduanya dapat diganti dengan x :
  (x) (x)
2,70 x 10¯11 = ----------------
  0,100 - x
4) Karena x sangat kecil, maka dapat diabaikan dalam pengurangan. Sehingga dapat diketahui konsentrasi ion hidronium adalah:
x = akar pangkat [(2,70 x 10¯11) (0,100)] x = 1,64 x 10¯6 M = [H3O+]
5) Maka pH dapat diketahui dari nilai [H3O+]:
pH = - log 1.64 x 10¯6 = 5.784

Soal #3:
Diketahui pKa ion amonium adalah 9,26. Berapakah pH of 1,00 L larutan yang mengandung 5,45 g  NH4Cl (Mr NH4Cl = 54,5 g mol¯1)
Penyelesaian:
1) Menghitung molaritas larutan:
5,45 g / 54,5 g mol¯1 = 0,100 mol 0,100 mol / 1,00 L = 0,100 M
2) Menghitung Ka larutan NH4Cl:
Ka = 10¯pKa = 10¯9,26 Ka = 5,4954 x 10¯10
3) Menulis persaman disosiasi dan rumus Ka :
NH4+ ⇔ H+ + NH3 Ka = ([H+] [NH3]) / [NH4+]
4) Memasukkan nilai Ka :
5,4954 x 10¯10 = [(x) (x)] / 0,100 x = 7,4131 x 10¯6 M
5) Maka pH dapat dicari dengan mudah karena konsentrasi ion hidronium sudah diketahui:
-log 7,4131 x 10¯6 = 5,13
Publisher: Unknown - 16.00

Jumat, 18 Januari 2013

,

Penggolongan Garam

Seperti pada pembahasan tentang teori asam basa dan hidrolisis garam, garam dapat terbentuk oleh adanya reaksi antara asam dengan basa. Garam yang terbentuk tidak semuanya bersifat netral. Jika garam berasal dari asam kuat dan basa lemah, maka akan bersifat asam. Sedangkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan bersifat basa. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dan basa lemah, maka sifatnya tergantung dari kekuatan asam atau basa senyawa yang bereaksi, yang sering dinyatakan dengan Ka dan Kb. Yang terakhir jika garam berasal dari asam kuat dan basa kuat, maka akan bersifat netral karena adanya reaksi netralisasi sebagai berikut:
H+ + OH- H2O

Garam Netral

Ion-ion selain H+ dan OH- akan membentuk senyawa garam. Sebagian besar garam netral mengandung ion-ion yang tertera pada tabel berikut:
Kation
Na+ K+ Rb+ Cs+
Mg2+Ca2+Sr2+Ba2+
Anion
Cl- Br- I-
ClO4- BrO4- ClO3- NO3-

Garam Asam

Garam asam adalah garam yang berasal dari asam kuat yang bereaksi dengan basa lemah. Garam asam mengandung ion-ion sebagai berikut:
Ion Asam
NH4+Al3+ Pb2+ Sn2+
Ion logam transisi
HSO4-H2PO4-

Garam Basa

Garam basa adalah hasil dari reaksi antara asam lemah dengan basa kuat. Ion-ion berikut sering ditemukan dalam garam basa.
Ion Basa
F-C2H3O2- NO2-HCO3-
CN- CO32- S2- SO42-
HPO42-PO43-

Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dan basa lemah dapat bersifat netral, asam, maupun basa sesuai dengan kekuatan asam atau basa penyusunnya. Kekuatan asam atau basa dapat diamati dari tetapan kesetimbangan asam basa.
Jika Ka (kation) > Kb (anion) maka larutan bersifat asam.
Jika Ka (kation) = Kb (anion) maka larutan bersifat netral.
Jika Ka (kation) < Kb (anion) maka larutan bersifat basa.
Publisher: Unknown - 16.00

Kamis, 17 Januari 2013

,

Pembahasan Hidrolisis Garam

Definisi Hidolisis Garam

Peristiwa pelarutan suatu garam tidak selalu menghasilkan larutan yang bersifat netral. Sebagai contoh, larutan tembaga (II) sulfat bersifat asam, sementara natrium asetat bersifat basa. Sedangkan larutan natrium klorida bersifat netral. Hal tersebut dikarenakan reaksi disosiasi garam di dalam air yang membentuk ion. Proses sebuah reaksi dari anion atau kation garam yang membentuk larutan asam atau basa disebut reaksi hidrolisis. Dengan kata lain, reaksi hidrolisis adalah kebalikan dari reaksi netralisasi. Konstanta (tetapan) kesetimbangan pada reaksi disebut dengan tetapan hidrolisis (Kh).


gambar hidrolisis garam

Hidrolisis Garam Asam

Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam. Amonia adalah contoh basa lemah, dan reaksinya dengan asam kuat akan menghasilkan garam dengan pH kurang dari 7. Sebagai contoh, perhatikan reaksi berikut:
HCl + NH4OH NH4+ + Cl- + H2O

Di dalam larutan, ion NH4+ bereaksi lebih lanjut dengan air (melakukan reaksi hidrolisis) menurut reaksi berikut:
NH4+ + H2O NH3 + H3O+

Tetapan keasaman dapat diturunkan dari harga Kw dan Kb.
        [H3O+] [NH3] [OH-]
Ka = ------------------------
           [NH4+][OH-]
   = Kw / Kb

Hidrolisis Garam Basa

Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa. Kebasaan tersebut dikarenakan reaksi hidrolisis basa konjugat dari asam (lemah) yang digunakan pada reaksi netralisasi. Sebagai contoh, natrium asetat terbentuk pada reaksi antara asam asetat (asam lemah) dan natrium hidroksida (basa kuat). Ketika garam terlarut, ionisasi yang terjad adalah:
NaAc Na+ + Ac-
Dengan adanya air, ion asetat akan mengalami hidrolisis sebagai berikut:
H2O + Ac- HAc + OH-
Dan tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini adalah Kb dari basa konjugat Ac- dari asam HAc sebagai berikut:
                  [HAc] [OH-]
Kb = -----------
[Ac-]

[HAc] [OH-] [H+]
Kb = ----------- ---
[Ac-] [H+]

[HAc] [OH-][H+]
Kb = ---------- ---------
[Ac-] [H+]

= Kw / Ka

Publisher: Unknown - 16.00

Rabu, 16 Januari 2013

,

Reaksi Netralisasi

Pengertian Reaksi Netralisasi

Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi netralisasi, yang secara umum mengikuti persamaan kimia berikut ini:

HA + BOH → BA + H2O

Kebalikan dari reaksi netralisasi disebut dengan reaksi hidrolisis garam. Pada reaksi hidrolisis, garam bereaksi dengan air membentuk asam atau basa.

BA + H2O → HA + BOH


Berikut adalah reaksi netralisasi spesifik dari sifat kekuatan asam atau basa.

Jenis-jenis Reaksi Netralisasi

Netralisasi asam kuat dan basa kuat

Contoh reaksi netralisasi asam kuat dan basa kuat adalah antara asam klorida dengan natrium hidroksida.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Ketika asam kuat dan basa kuat bereaksi, maka akan terjadi reaksi netralisasi dan larutan yang dihasilkan bersifat netral (pH=7). Ion yang terbentuk tidak dapat bereaksi dengan air.

Netralisasi asam kuat dan basa lemah

Contoh reaksi netralisasi asam kuat dan basa lemah adalah antara asam klorida dengan amonia.
HCl + NH3 → NH4Cl
Reaksi antara asam kuat dan basa lemah menghasilkan garam, tetapi biasanya tidak membentuk molekul air karena basa lemah tidak mempunyai ion hidroksida. Pada kasus ini, air hanya bersifat sebagai pelarut dan bereaksi dengan kation dari garam membentuk basa lemah.
Contoh:
HCl (aq) + NH3 (aq) NH4+ (aq) + Cl- 

dimana ion amonium yang terbentuk, bereaksi lebih lanjut dengan air menurut persamaan reaksi kimia sebagai berikut:
NH4- (aq) + H2O NH3 (aq) + H3O+ (aq)

Netralisasi asam lemah dan basa kuat

Contoh reaksi netralisasi asam lemah dan basa kuat adalah antara asam asetat dengan natrium hidroksida
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Ketika asam lemah direaksikan dengan basa kuat maka larutan akan bersifat basa.

Netralisasi asam lemah dan basa lemah

Contoh reaksi netralisasi asam lemah dan basa lemah adalah antara asam asetat dengan amonia membentuk amonium asetat. Reaksinya adalah sebgai berikut:
CH3COOH + NH3 CH3COONH4
pH larutan yang terbentuk tergantung dari kekuatan asam atau basa. Kekuatan asam atau basa dengan mudah dapat diketahui dari nilai tetapan kesetimbangan asam basa. Semakin besar nilai tetapan keseimbangan, maka semakin tinggi kekuatan asam atau basa.
Publisher: Unknown - 16.00

Selasa, 15 Januari 2013

,

Soal dan Jawaban Titrasi Asam Basa

Inilah beberapa contoh soal dan jawaban tentang titrasi asam basa. Bacalah benar-benar setiap latihan soal asam basa berikut. Kalau perlu, tulis kembali di atas kertas supaya mengurangi kebingungan.

Contoh #1: Jika 20,60 mL larutan HCl 0,0100 M digunakan untuk mentitrasi 30,00 mL larutan NaOH sampai titik ekivalen, berapakah konsentrasi larutan NaOH?
Penyelesaian:
1) Tulis persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
2) Mencari mol HCl:
mol = M x V = (0,0100 mol/L) (0,02060 L) = 0,000206 mol
4) Mencari mol NaOH:
Karena perbandingan ekivalen HCl dan NaOH adalah 1:1, maka mol NaOH sama dengan mol HCl, yaitu 0,000206 mol.
5) Mencari konsentrasi NaOH:
0,000206 mol / 0,03000 L = 0,00687 M


Contoh #2: Berapakah volume 0,105 M HCl untuk mentitrasi larutan berikut sampai titik ekivalen?
a) 22,5 mL NH3 0,118 M
b) 125,0 mL larutan yang mengandung 1,35 gram NaOH per liter
Kita mengabaikan bahwa HCl-NH3 titrasi kuat-lemah. Kita hanya fokus ke titik ekivalen, bukan pH yang dihasilkan.
Penyelesaian a:
1) Persamaan reaksi
HCl + NH3 ---> NH4Cl
2) Perbandingan molar HCl dan NH3:
1 : 1
3) Mol NH3:
mol = M x V = (0,118 mol/L) (0,0225 L) = 0,002655 mol
4) Mencari mol HCl yang digunakan:
1 banding 1, maka mol HCl = mol  NH3 = 0,002655 mol
5) Menentukan volume HCl:
0,105 mol/L = 0,002655 mol / x x = 0,0253 L = 25,3 mL
Penyelesaian b:
1) Menentukan konsentrasi larutan NaOH:
MV = massa / massa molar (x) (1,00 L) = 1,35 g / 40,00 g/mol
x = 0,03375 M
2) Persamaan reaksi setara:
HCl + NaOH ---> NaCl + H2O
3) Menentukan volume HCl yang dibutuhkan:
M1V1 = M2V2 (0,03375 mol/L) (125,0 mL) = (0,105 mol/L) (x)
x = 40,18 mL


Contoh #3: Berapa volume 0,116 M H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi 25,0 mL Ba(OH)2   0,00840 sampai titik ekivalen?:
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi:
H2SO4 + Ba(OH)2 ---> BaSO4 + 2H2O
2) Perbandngan molar:
1 : 1
3) Gunakan cara ini untuk perbandingan molar 1:1:
M1V1 = M2V2 (0,116 mol/L) (x) = (0,00840 mol/L) (25,0 mL)
x = 1,81 mL


Contoh #4: 27,0 mL NaOH  0,310 M dititrasi dengan H2SO4 0,740 M .  Berapa volume H2SO4 yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi?
Penyelesaian:
1) Mol NaOH:
(0,310 mol/L) (0,027 L) = 0,00837 mol
2) Perbandingan molar NaOH dan H2SO4 adalah 2:1:
 Hal ini dapat dilihat dari persamaan reaksi setara:
2NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O
3) Jadi:
2 banding 1 maka 0,00837 mol setara dengan 0,00837 mol dibagi 2 = 0,004185 mol H2SO4
4) MEnghitung volume  H2SO4 yang dibutuhkan:
0,004185 mol dibagi 0,740 mol/L = 0,0056554 L =  5,66 mL

Contoh #5: A 21,62 mL  Ca(OH)2 dititrasi dengan HCl 0,2545 M sebanyak 45,87 mL sampai titik akhir titrasi.
(a) Bagaimana persamaan reaksinya?
(b) Berapakah konsentrasi kalsium hidroksida?
Penyelesaian:
1) Persamaan reaksi setara:
2HCl + Ca(OH)2 ---> CaCl2 + 2H2O
2) Mencari konsentrasi kalsium hidroksida:
mol HCl ---> (0,2545 mol/L) (0,04587 L) = 0,011674 mol . Perbandingan molar HCl to Ca(OH)2 adalah 2 : 1, maka:
mol of Ca(OH) = 0,005837 mol
Konsentrasi Ca(OH)2 ---> 0,005837 mol / 0,02162 L = 0,2700 M

Contoh #6: Hitunglah volume NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 50,0 mL asam sulfat 16,0 M. Konsentrasi NaOH adalah 2,50 M,

Penyelesaian:
2 NaOH + H2SO4 ---> Na2SO4 + 2H2O Hitung mol H2SO4 dengan menggunakan n = C x V:
n = 16,0 mol/L x 50 mL = 800 mmol
Sekarang lihat persamaannya. Setiap mol H2SO4 membutuhkan dua kali mol NaOH untuk menetralisasi H2SO4.
Jadi, mol NaOH = 800 x 2 = 1600 mmol NaOH yang dibutuhkan.
Jika sudah mempunyai mol dan konsentrasi, sekarang tinggal menghitung volume.:
V = mol / konsentrasi V = 1600 mmol / 2,50 mol/L = 640 mL

Contoh soal #7: Jika 0,2501 gram natrium karbonat kering membutuhkan 27,00 mL HCl untuk melengkapi reaksi, berapa konsentrasi HCl?
Penyelesaian:
Na2CO3 + 2HCl ---> 2NaCl + CO2 + H2O

mol Na2CO3 ---> 0,2501 g / 105,988 g/mol = 0,0023597 mol

2 mol of HCl dibutuhkan untuk setiap satu mol Na2CO3
0,0023597 mol x 2 = 0,0047194 mol HCl
0,0047194 mol / 0,02700 L = 0,1748 M

Contoh soal #8: Berapakah konsentrasi asam sitrat dalam soda jika membutuhkan 32,27 mL NaOH 0,0148 M untuk mentitrasi 25,00 mL soda?
Solution:
Asam sitrat mempunyai tiga hidrogen asam, jadi kita menggunakan rumus H3Cit
H3Cit + 3NaOH ---> Na3Cit + 3H2O
Kuncinya adalah perbandingan molar 1 : 3 antara H3Cit dan NaOH
mol NaOH ---> (0,0148 mol/L) (0,03227 L) = 0,000477596 mol
1 mol untuk 3 mol seperti x untuk 0,000477596 mol
Jadi x = 0,0001592 mol (of H3Cit)
0,0001592 mol / 0,0250 L = 0,00637 

Contoh soal #9: 20,00 mL Al(OH)3 0,250 M menetralisasi 75,00 mL larutanH2SO4. Berapakah konsentrasi H2SO4?
Penyelesaian:
2Al(OH)3 + 3H2SO4 ---> Al2(SO4)3 + 6H2O Al(OH)3
Perbandingan molarnya adalah 2:3,
mol Al(OH)3 ---> (0,250 mol/L) (20,00 mL) = 5,00 mmol
2 mol untuk 3 mol seperti 5,00 mol untuk x
x = 7,50 mmol
Molaritas H2SO4 ---> 7,50 mmol / 75,00 mL = 0,100 M

Contoh soal #10: 51,00 ml asam fosfat (H3PO4) bereaksi dengan 13,90 gram barium hidroksida, Ba(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut. Berapakan molaritas asam fosfat?
Peneyelesaian:
2 H3PO4 + 3Ba(OH)2 ---> Ba3(PO4)2 + 6H2O

mol Ba(OH)2: 13,90 g / 171,344 g/mol = 0,08112335 mol
3 mol Ba(OH)2 bereksi dengan 2 mol H3PO4
0,08112335 mol Ba(OH)2 bereaksi dengan x mol H3PO4
x = 0,0540822 mol
Molaritas asam fosfat: 0,0540822 mol/0,05100 L = 1,06 M

Contoh soal #11: Berapakah konsentrasi larutan Ca(OH)2 jika 10,0 mL larutan H3PO4 0,600 M digunakan untuk menetralisasi  12,5 mL larutan Ca(OH)2 ?
Penyelesaian:
3Ca(OH)2 + 2H3PO4 ---> Ca3(PO4)2 + 6H2O

Rasion molar antara  Ca(OH)2 and H3PO4 adalah 3 : 2
mol H3PO4 ---> (0,600 mol/L) (0,0100 L) = 0,00600 mol
3 mol untuk 2 mol seperti x untuk 0,00600 mol
Jadi, x = 0,00900 mol



0,00900 mol / 0,0125 L = 0,720 M

Contoh soal#12: 4,65 g Co(OH)2 dilarutkan dalam 500,0 mL. Sebanyak 3,64 g suatu asam dilarutkan dalam 250,0 mL. 18,115 mL basa digunakan untuk mentitrasi 25,0 mL asam sampai titik akhir titrasi.
a) Hitunglah konsentrasi larutan basa.
b)Hitunglah massa molar larutan asam.
Penyelesaian:
1) Molaritas basa:
MV = gram / massa molar  (x) (0,5 L) = 4,65 g / 92,9468 g/mol
x = 0,100 mol/L
2) Mol basa yang digunakan:
(0,100 mol/L) (0,018115 L) = 0,0018115 mol
3) Kita harus mengasumsikan bahwa asam adalah monoprotik, karena langkah selanjutnya adalah menentukan mol asam yang bereaksi.
2HX + Co(OH)2 ---> CoX2 + 2H2O

Dua HX digunakan setiap Co(OH)2 yang bereaksi
4) Mol asam:
0,0018115 mol x 2 = 0,003623 mol
5) Gram asam dalam 0,025 L:
4,65 g untuk 0,5000 L seperti x untuk 0,0250 L

Jadi x = 0,2325 g
6) Massa molar asam:
0,2325 g / 0,003623 mol = 64,2 g/mol

Contoh soal #13: 11,96 mL larutan NaOH 0,102 M digunakan untuk mentitrasi 0,0927 g suatu asam sampai titik akhir titrasi menggunakan indikator asam basa bernama fenolftalein (pp). Berapakah massa molekul asam jika asam tersebut adalah monoprotik? Jika diprotik?
Penyelesaian:
1) mol NaOH:
(0,102 mol/L) (0,01196 L) = 0,00121992 mol
2) Jika asam monoprotik:
HA + NaOH ---> NaA + H2O
Perbandingan molar = 1:1 
0,0927g / 0,00121992 mol = 76 g/mol
3) Jika asam diprotik:
H2A + 2 NaOH ---> Na2A + 2 H2O

Perbandingan molar = 1 : 2
= 0,00121992 mol asam / 2 = 0,00060996 mol asam
0,0927 g / 0,00060996 mol = 152 g/mol


Contoh soal #14: A 0,3017 g sampel asam diprotik (dengan massa molar 126,07 g/mol) dilarutkan ke dalam air dan dititrasi dengan 37,26 mL NaOH. Sebanyak 24,05 mL larutan NaOH digunakan untuk mentitrasi 0,2506 g asam yang belum diketahui, namun sifatnya monoprotik. Berapakah massa molar asam tersebut?
Penyelesaian:
1) mol asam diprotik:
0,3017 g / 126,07 g/mol = 0,002393115 mol
2) mol NaOH yang dibutuhkan:
H2A + 2NaOH ---> Na2A + 2H2O

Perbandingan molar =1 : 2 
0,002393115 mol asam x 2 = 0,004786230 mol basa

3) molaritas larutan NaOH:
0,004786230 mol / 0,03726 L = 0,128455 M
4) Massa molar asam monoprotik:
(0,128455 mol/L) (0,02405 L) = 0,00308934275 mol NaOH

HA + NaOH ---> NaA + H2O
HA dan NaOH bereaksi dengan perbandingan molar 1:1
0,00308934275 mol HA yang bereaksi
0,2506 g / 0,00308934275 mol = 81,1 g/mol

Contoh soal #15: Berapa gram aspirin (C9H8O4), sebuah asam monoprotik yang dibutuhkan untuk tepat bereaksi dengan 29,4 mL larutan NaOH 0,2400% b/b (berat per berat)?
Penyelesaian:
1) Anggap bahwa massa jenis NaOH adalah 1,00 g/mL
0,2400% b/b berarti 0,2400 g NaOH per 100,0 g larutan. Dengan massa jenis, kita mengetahui bahwa 100,0 g larutan menempati volume 100,0 mL
2) Berapa banyak NaOH dalam 29,4 mL larutan?
0,2400 g dalam 100 mL sama dengan x dalam 29,4 mL

Jadi, x = 0,07056 g of NaOH
3) Berapa jumlah molnya?
0,07056 g / 40,0 g/mol = 0,001764 mol
4) Berapa mol aspirin yang bereaksi?
Karena perbandingan molar =  1:1, kita tahu bahwa 0,001764 mol aspirin bereaksi. 0,001764 mol x 180,1582 g/mol = 0,318 
Publisher: Unknown - 16.00

Senin, 14 Januari 2013

,

Dasar Titrasi Asam Basa

Pengertian Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi kimia pada titrasi dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan konsentrasinya". Tingkat keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan menggunakan asam atau basa yang ekivalen. Ekivalen asam setara dengan satu mol ion hidronium (H+ atau H3O+). Sedangkan ekivalen basa setara dengan satu mol ion hidroksida (OH-). Jika yang direaksikan adalah asam atau basa poliprotik (banyak ekivalen), maka setiap mol zat tersebut akan melepaskan lebih dari satu H+ atau OH-.

gambar titrasi asam basa

Titik Ekivalen

Ketika larutan yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7. Dan untuk larutan asam basa poliprotik, akan ada beberapa titik ekivalen.

Cara Memprediksi Titik Ekivalen

Ada dua cara yang biasa digunakan untuk memprediksi dan menentukan titik ekivalen, yaitu menggunakan pH meter dan indikator asam-basa.

Menggunakan pH meter

Metode ini melibatkan grafik sebagai fungsi pH dan volume titran yang dipakai yang disebut dengan kurva titrasi. Contoh kurva titrasi adalah:


Menggunakan indikator

Metode ini mengandalkan timbulnya perubahan warna larutan. Indikator asam basa merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang mempunyai warna yang berbeda pada keadaan terdisosiasi maupun tidak. Karena digunakan dalam konsentrasi yang rendah, indikator tidak menunjukkan perubahan yang besar pada titik ekivalen. Titik dimana indikator berubah warna merupakan titik akhir titrasi. Untuk titrasi, perbedaan volume antara titik akhir dengan titik ekivalen relatif kecil. Seringkali kesalahan (error) pada perbedaan volume diabaikan. Seharusnya dalam kasus tersebut diberlakukan faktor koreksi. Volume yang ditambahkan untuk mencapai titik akhir dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana berikut:
VANA = VBNB
dimana V adalah volume, N adalah normalitas, A adalah asam, dan B adalah basa.
Publisher: Unknown - 16.00

Minggu, 13 Januari 2013

,

Indikator Asam Basa

Pengertian Indikator Asam Basa

Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna, yang menandakan kisaran pH.

Penggunaan Indikator Asam Basa

Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang sesuai, kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator.

Indikator yang Biasa Digunakan

Di bawah ini ada beberapa indikator asam basa yang sering digunakan. Indikator dapat bekerja pada larutan, maupun alkohol sesuai dengan sifatnya. Inilah contoh indikator yang digunakan untuk mengetahui pH.

gambar indikator pp
Indikator pp berwarna pink saat basa dan tak berwarna saat asam

Daftar indikator asam basa lengkap



IndikatorRentang pHKuantitas penggunaan per 10 mlAsamBasa
Timol biru1,2-2,81-2 tetes 0,1% larutanmerahkuning
Pentametoksi merah1,2-2,31 tetes 0,1% dlm larutan 0% alkoholmerah-ungutak berwarna
Tropeolin OO1,3-3,21 tetes 1% larutanmerahkuning
2,4-Dinitrofenol2,4-4,01-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% alkoholtak berwarnakuning
Metil kuning2,9-4,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkoholmerahkuning
Metil oranye3,1-4,41 tetes 0,1% larutanmerahoranye
Bromfenol biru3,0-4,61 tetes 0,1% larutankuningbiru-ungu
Tetrabromfenol biru3,0-4,61 tetes 0,1% larutankuningbiru
Alizarin natrium sulfonat3,7-5,21 tetes 0,1% larutankuningungu
α-Naftil merah3,7-5,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkoholmerahkuning
p-Etoksikrisoidin3,5-5,51 tetes 0,1% larutanmerahkuning
Bromkresol hijau4,0-5,61 tetes 0,1% larutankuningbiru
Metil merah4,4-6,21 tetes 0,1% larutanmerahkuning
Bromkresol ungu5,2-6,81 tetes 0,1% larutankuningungu
Klorfenol merah5,4-6,81 tetes 0,1% larutankuningmerah
Bromfenol biru6,2-7,61 tetes 0,1% larutankuningbiru
p-Nitrofenol5,0-7,01-5 tetes 0,1% larutantak berwarnakuning
Azolitmin5,0-8,05 tetes 0,5% larutanmerahbiru
Fenol merah6,4-8,01 tetes 0,1% larutankuningmerah
Neutral merah6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkoholmerahkuning
Rosolik acid6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkoholkuningmerah
Kresol merah7,2-8,81 tetes 0,1% larutankuningmerah
α-Naftolftalein7,3-8,71-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkoholmerah mawarhijau
Tropeolin OOO7,6-8,91 tetes 0,1% larutankuningmerah mawar
Timol biru8,0-9,61-5 tetes 0,1% larutankuningbiru
Fenolftalein (pp)8,0-10,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkoholtak berwarnamerah
α-Naftolbenzein9,0-11,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkoholkuningbiru
Timolftalein9,4-10,61 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkoholtak berwarnabiru
Nile biru10,1-11,11 tetes 0,1% larutanbirumerah
Alizarin kuning10,0-12,01 tetes 0,1% larutankuninglilac
Salisil kuning10,0-12,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkoholkuningoranye-coklat
Diazo ungu10,1-12,01 tetes 0,1% larutankuningungu
Tropeolin O11,0-13,01 tetes 0,1% larutankuningoranye-coklat
Nitramin11,0-13,01-2 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkoholtak berwarnaoranye-coklat
Poirrier's biru11,0-13,01 tetes 0,1% larutanbiruungu-pink
Asam trinitrobenzoat12,0-13,41 tetes 0,1% larutantak berwarnaoranye-merah

Indikator Asam Basa Alami

Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami. Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang mempunyai warna (anggrek, kamboja jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas). Cara membuat indikator asam basa alami adalah:
  1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.
  2. Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan ekstrak cair.
  3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.
  4. Menguji dengan meneteskan larutan asam  dan basa pada ekstrak, sehingga ekstrak dapat berubah warna.

Inilah hasil pengamatan beberapa indikator asam basa alami.



Warna BungaNama BungaWarna Air BungaWarna Air Bunga Keadaan AsamWarna Air Bunga Keadaan Basa
MerahKembang sepatuUngu mudaMerahHijau tua
KuningTerompetKuning keemasanEmas mudaEmas tua
UnguAnggrekUngu tuaPink tuaHijau kemerahan
MerahAsokaCoklat mudaOranye mudaCoklat
KuningKunyitOranyeOranye cerahCoklat kehitaman
UnguBougenvillePink tuaPink mudaCoklat teh
PinkEuphorbiaPink keputih-putihanPink mudaHijau lumut
MerahKambojaCoklat tuaCoklat oranyeCoklat kehitaman

Publisher: Unknown - 16.00