Recent

Text Widget

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Follow Us

Page

Diberdayakan oleh Blogger.

Tabs

Flexible Home Layout

Arsip Blog

Sub menu section

Main menu section

Selasa, 30 April 2013

,

Karbohidrat

Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa organik yang hanya mengandung atom C, H dan O dengan perbandingan atom hidrogen:oksigen yakni 2:1 (seperti pada air). Dengan kata lain, karbohidrat mempunyai rumus empiris yaitu Cm(H2O)n  (dimana m berbeda dengan n). Walaupun pada rumus empiris menggunakan H2O, namun kenyatannya tidak ada molekul air yang terikat langsung pada rantai karbon karbohidrat.

Pada konsep biokimia, karbohidrat sering disebut dengan sakarida. Sakarida atau karbohidrat dibagi menjadi empat jenis, yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Secara umum, nonosakarida dan disakarida mempunyai rumus molekul yang kecil, dan sering disebut gula.

Struktur Karbohidrat

Sakarida alami biasanya berupa sakarida sederhana yang disebut monosakarida dengan rumus umum (CH2O)n dimana n bisa tiga atau lebih. Monosakarida  mempunyai struktur
H-(CHOH)x(C=O)-(CHOH)y-H dengan adanya gugus aldehida atau keton. Rantai terbuka monosakarida berdampingan dengan rantai tertutup dimana gugus karbonil (C=O) aldehida dan keton dan gugus hidroksi (-OH) bereaksi membentuk hemiasetal dengan membentuk jembatan C-O-C. Monosakarida dapat terhubung satu sama lain membentuk polisakarida atau oligosakarida.

Nutrisi

Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi antara lain beras, kentang, ketela, gandum, jagung, dan buah yang berasa manis. Karbohidrat merupakan sumber energi makhluk hidup. Otak dan neuron manusia tidak dapat mengambil energi dari lemak, melainkan dari glukosa atau keton. Manusia dapat mensintesis beberapa glukosa (yang disebut dengan glukoneogenesis) dari asam amino khusus, rantai gliserol pada trigliserida, dan asam lemak. Karbohidrat dan protein mengandung 4 kalori per gram, sedangkan lemak mengandung 9 kalori per gram.

makanan tinggi karbohidrat
Makanan dengan kadar karbohidrat yang tinggi

Metabolisme

Katabolisme

Katabolisme adalah reaksi metabolik dimana sel melakukan ekstraksi energi. Ada dua tipe jalur metabolisme dari monosakarida, yaitu katabolisme (glikolisis) dan siklus asam sitrat.

Pada glikolisis, oligosakarida atau polisakarida dipecah menjadi monosakarida oleh enzim glikosida hidrolase. Unit monosakarida kemudian memasuki katabolisme karbohidrat. Pada beberapa kasus, seperti pada manusia, tidak semua karbohidrat dapat digunakan untuk pencernaan karena tidak tersedia enzim yang dibutuhkan untuk mencerna.
Publisher: Unknown - 17.00

Senin, 29 April 2013

,

Penggunaan Elektrolisis

Elektrolisis merupakan proses disosiasi suatu elektrolit dengan bantuan arus listrik. Karena dinilai bermanfaat, sekarang banyak dikembangkan teknik elektrolisis untuk keperluan industri. Halaman ini akan menjelaskan penerapan elektrolisis dalam kehidupan manusia. Banyak sekali manfaat elektrolisis, di antaranya adalah:

Pemurnian Logam

Pada pemurnian logam, anoda yang dipakai adalah logam tak murni (kotor). Pengotor akan terlepas selama proses elektrolisis ketika logam bergerak dari anoda ke katoda. Selama proses ini, katoda mengandung dekomposisi logam murni dari larutan yang berisi ion logam. Sebagai contoh, tembaga dimurnikan melalui elektrolisis yang membutuhkan konduktivitas listrik yang tinggi. Pada proses ini, katoda adalah tembaga murni, sedangkan anoda adalah tembaga kotor. Ion Cu2+ dari anoda bergerak melalui larutan tembaga(II) sulfat menuju katoda dan berubah menjadi padatan tembaga. Selama proses berlangsung, pengotor akan mengendap di dasar tangki. Hasil samping berupa pengotor disebut sebagai lumpur anoda.

Elektrosintesis

Elektrosintesis adalah metode yang menggunakan reaksi elektrolisis untuk menghasilkan produk tertentu. Sebagai contoh adalah elektrosintesis MnO2 yang merupakan bahan baku pembuatan baterai alkalin. Larutan untuk elektrosintesis senyawa MnO2 adalah MnSO4 dalam H2SO4. Berperan sebagai anoda adalah grafit, dimana Mn2+ teroksidasi. Sedangkan di katoda, hidrogen tereduksi  dari H+ menjadi H2. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Mn2+(aq) + 2 H2O(l) → MnO2(s) + 2H+(aq) + H2(g)

Proses Klor-alkali

Elektrolisis air laut dapat menghasilkan klorin dan basa natrium hidroksida. Ada tiga macam metode berbeda dimana dua komponen tersebut dihasilkan, yaitu sel membran, sel diafragma, dan proses sel merkuri.

Proses sel membran

Proses ini lebih efisien daripada yang lain karena tidak menggunakan merkuri dan tidak membutuhkan energi yang besar. Mengandung membran penukar kation yang biasanya terbuat dari polimer fluorokarbon.
chlor alkali
Ilustrasi proses klor-alkali dengan sel membran
Membran ini mengijinkan kation terhidrasi untuk melewati kompartemen antara anoda dan katoda, tetapi tidak untuk anion OH- dan Cl-. Dengan demikian proses ini menghasilkan natrium hidroksida tanpa kontaminasi ion klorida.

Sel diafragma

Pada sel diafragma, Cl2 dilepaskan dari anoda ketika H2 dilepaskan dari katoda. Jika Cl2 bergabung dengan NaOH, Cl akan berubah menjadi produk lain. Dengan demikian sel diafragma mempunyai NaCl dalam jumlah besar, dan jumlah kecil pada larutan pada katoda untuk NaCl berhubungan dengan larutan lain, menghindari laju balik NaOH.

Proses sel merkuri

Elektrolisis air laut dalam merkuri menghasilkan klorin dan larutan natrium hodroksida pada waktu yang sama. Metode ini melibatkan merkuri sebagai katoda dan grafit sebagai anoda. Merkuri menarik ion natrium dan kalium dan membentuk amalgam. Meskipun demikan ketika amalgam terkena air membentuk natrium hidroksida dan hidrogen meninggalkan merkuri dan nantinya dapat digunakan kembali. Gas klorin tersisa pada anoda.
Publisher: Unknown - 17.00

Minggu, 28 April 2013

,

Elektrolisis

Pengertian Elektrolisis

Elektrolisis adalah disosiasi suatu elektrolit menjadi ion pada elektroda dengan adanya arus listrik. Konduksi listrik yang melewati larutan elektrolit akan menghasilkan perubahan kimia. Elektrolisis tersusun atas alat-alat yaitu voltameter atau sel elektrolisis.

sel elektrolisis

Terdiri dari gelas kimia yang berisi elektrolit dan dua buah plat logam yang disebut elektroda yang terhubung dengan sumber arus DC (biasanya baterai). Elektrode yang terhubung dengan kutub positif baterai disebut anoda, sedangkan yang terhubung dengan kutub negatif disebut katoda.

Perbedaan Sel Elektrolisis dan Sel Volta

Sel elektrolisis pada dasarnya adalah sel volta yang bereaksi tidak spontan. Faktanya, aliran listrik harus dibalik dari sel volta dengan melebihkan tegangan yang dibutuhkan. Sel elektrolisis terdiri atas dua buah elektroda, dan suatu elektrolit. Tidak seperti sel volta, reaksi yang menggunakan sel elektrolisis harus terinduksi dan terbalik antara anoda dan katoda. Inilah perbedaan sel volta dan sel elektrolisis:

Sel VoltaSel Elektrolisis
Oksidasi: X → X+ + e- (Anoda negatif)Y → Y+ + e- (Anoda positif)
Reduksi: Y+ + e- → Y (Katoda positif)X+ + e- → X (Katoda negatif)
Total: X + Y+ → X+ + Y (G<0 )X+ + Y → X + Y+ (G>0)
Reaksi spontan dan menghasilkan energiReaksi tidak spontan dan membutuhkan energi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elektrolisis

Banyak sekali hal yang mempengaruhi elektrolisis, di antaranya adalah:
  1. Overpotensial
    Tegangan yang dihasilkan akan lebih tinggi dari yang diharapkan. Overpotensial bisa menjadi penting untuk mengendalikan interaksi antara elektroda.
  2. Tipe elektroda
    Elektroda inert berperan sebagai permukaan untuk reaksi yang terjadi. Namun elektroda tidak ikut bereaksi dimana elektroda aktif menjadi bagian dari setengah reaksi.
  3. Reaksi elektroda yang bersamaan
    Jika dua pasang setengah reaksi terjadi bersamaan, maka salah satu setengah reaksi harus dihentikan untuk menentukan pasangan tunggal reaksi yang dapat dielektrolisis.
  4. Keadaan pereaksi
    Jika pereaksi tak standar, maka tegangan setegah sel akan berbeda dari nilai standar. Pada kasus ini, larutan untuk anoda setengah sel mungkin akan mempunyai pH lebih tinggi atau rendah dari pH standar (yaitu 4).
Publisher: Unknown - 17.00

Sabtu, 27 April 2013

,

Data Ksp Senyawa Anorganik

Kelarutan merupakan jumlah maksimum zat terlarut untuk larut pada pelarut membentuk larutan. Data mengenai hasil kali kelarutan (Ksp) sangat penting untuk mengidentifikasi apakah suatu senyawa mudah larut atau tidak. Di bawah ini ada data Ksp senyawa anorganik, mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Data Ksp diurutkan sesuai dengan abjad kation penyusunnya.
Nama Rumus Ksp
Aluminium hidroksida Al(OH)3 3×10-34
Aluminium fosfat AlPO4 9,84×10-21
Barium bromat Ba(BrO3)2 2,43×10-4
Barium karbonat BaCO3 2,58×10-9
Barium kromat BaCrO4 1,17×10-10
Barium fluorida BaF2 1,84×10-7
Barium hidroksida oktahidrat Ba(OH)2×8H2O 2,55×10-4
Barium iodat Ba(IO3)2 4,01×10-9
Barium iodat monohidrat Ba(IO3)2×H2O 1,67×10-9
Barium molibdat BaMoO4 3,54×10-8
Barium nitrat Ba(NO3)2 4,64×10-3
Barium selenat BaSeO4 3,40×10-8
Barium sulfat BaSO4 1,08×10-10
Barium sulfit BaSO3 5,0×10-10
Berilium hidroksida Be(OH)2 6,92×10-22
Bismut arsenat BiAsO4 4,43×10-10
Bismut iodida BiI 7,71×10-19
Kadmium arsenat Cd3(AsO4)2 2,2×10-33
Kadmium karbonat CdCO3 1,0×10-12
Kadmium fluorida CdF2 6,44×10-3
Kadmium hidroksida Cd(OH)2 7,2×10-15
Kadmium iodat Cd(IO3)2 2,5×10-8
Kadmium oksalat trihidrat CdC2O4×3H2O 1,42×10-8
Kadmium fosfat Cd3(PO4)2 2,53×10-33
Kadmium sulfida CdS 1×10-27
Caesium perklorat CsClO4 3,95×10-3
Caesium periodat CsIO4 5,16×10-6
Kalsium karbonat (kalsit) CaCO3 3,36×10-9
Kalsium karbonat (aragonit) CaCO3 6,0×10-9
Kalsium fluorida CaF2 3,45×10-11
Kalsium hidroksida Ca(OH)2 5,02×10-6
Kalsium iodat Ca(IO3)2 6,47×10-6
Kalsium iodat heksahidrat Ca(IO3)2×6H2O 7,10×10-7
Kalsium molibdat CaMoO 1,46×10-8
Kalsium oksalat monohidrat CaC2O4×H2O 2,32×10-9
Kalsium fosfat Ca3(PO4)2 2,07×10-33
Kalsium sulfat CaSO4 4,93×10-5
Kalsium sulfat dihidrat CaSO4×2H2O 3,14×10-5
Kalsium sulfat hemihidrat CaSO4×0,5H2O 3,1×10-7
Kobalt(II) arsenat Co3(AsO4)2 6,80×10-29
Kobalt(II) karbonat CoCO3 1,0×10-10
Kobalt(II) hidroksida (biru) Co(OH)2 5,92×10-15
Kobalt(II) iodat dihidrat Co(IO3)2×2H2O 1,21×10-2
Kobalt(II) fosfat Co3(PO4)2 2,05×10-35
Kobalt(II) sulfida (alfa) CoS 5×10-22
Kobalt(II) sulfida (beta) CoS 3×10-26
Tembaga(I) bromida CuBr 6,27×10-9
Tembaga(I) Klorida CuCl 1,72×10-7
Tembaga(I) cyanide CuCN 3,47×10-20
Tembaga(I) hidroksida * Cu2O 2×10-15
Tembaga(I) iodida CuI 1,27×10-12
Tembaga(I) tiosianat CuSCN 1,77×10-13
Tembaga(II) arsenat Cu3(AsO4)2 7,95×10-36
Tembaga(II) hidroksida Cu(OH)2 4,8×10-20
Tembaga(II) iodat monohidrat Cu(IO3)2×H2O 6,94×10-8
Tembaga(II) oksalat CuC2O4 4,43×10-10
Tembaga(II) fosfat Cu3(PO4)2 1,40×10-37
Tembaga(II) sulfida CuS 8×10-37
Europium(III) hidroksida Eu(OH)3 9,38×10-27
Gallium(III) hidroksida Ga(OH)3 7,28×10-36
Besi(II) karbonat FeCO3 3,13×10-11
Besi(II) fluorida FeF2 2,36×10-6
Besi(II) hidroksida Fe(OH)2 4,87×10-17
Besi(II) sulfida FeS 8×10-19
Besi(III) hidroksida Fe(OH)3 2,79×10-39
Besi(III) fosfat dihidrat FePO4×2H2O 9,91×10-16
Lanthanum iodat La(IO3)3 7,50×10-12
Timbal(II) bromida PbBr2 6,60×10-6
Timbal(II) karbonat PbCO3 7,40×10-14
Timbal(II) klorida PbCl2 1,70×10-5
Timbal(II) kromat PbCrO4 3×10-13
Timbal(II) fluorida PbF2 3,3×10-8
Timbal(II) hidroksida Pb(OH)2 1,43×10-20
Timbal(II) iodat Pb(IO3)2 3,69×10-13
Timbal(II) iodida PbI2 9,8×10-9
Timbal(II) oksalat PbC2O4 8,5×10-9
Timbal(II) selenat PbSeO4 1,37×10-7
Timbal(II) sulfat PbSO4 2,53×10-8
Timbal(II) sulfida PbS 3×10-28
Litium karbonat Li2CO3 8,15×10-4
Litium fluorida LiF 1,84×10-3
Litium fosfat Li3PO4 2,37×10-4
Magnesium ammonium fosfat MgNH4PO4 3×10-13
Magnesium karbonat MgCO3 6,82×10-6
Magnesium karbonat trihidrat MgCO3×3H2O 2,38×10-6
Magnesium karbonat pentahidrat MgCO3×5H2O 3,79×10-6
Magnesium fluorida MgF2 5,16×10-11
Magnesium hidroksida Mg(OH)2 5,61×10-12
Magnesium oksalat dihidrat MgC2O4×2H2O 4,83×10-6
Magnesium fosfat Mg3(PO4)2 1,04×10-24
Mangan(II) karbonat MnCO3 2,24×10-11
Mangan(II) iodat Mn(IO3)2 4,37×10-7
Mangan(II) hidroksida Mn(OH)2 2×10-13
Mangan(II) oksalat dihidrat MnC2O4×2H2O 1,70×10-7
Mangan(II) sulfida (pink) MnS 3×10-11
Mangan(II) sulfida (hijau) MnS 3×10-14
Merkuri(I) bromida Hg2Br2 6,40×10-23
Merkuri(I) karbonat Hg2CO3 3,6×10-17
Merkuri(I) klorida Hg2Cl2 1,43×10-18
Merkuri(I) fluorida Hg2F2 3,10×10-6
Merkuri(I) iodida Hg2I2 5,2×10-29
Merkuri(I) oksalat Hg2C2O4 1,75×10-13
Merkuri(I) sulfat Hg2SO4 6,5×10-7
Merkuri(I) tiosianat Hg2(SCN)2 3,2×10-20
Merkuri(II) bromida HgBr2 6,2×10-20
Merkuri(II) hidroksida ** HgO 3,6×10-26
Merkuri(II) iodida HgI2 2,9×10-29
Merkuri(II) sulfida (hitam) HgS 2×10-53
Merkuri(II) sulfida (merah) HgS 2×10-54
Neodimium karbonat Nd2(CO3)3 1,08×10-33
Nikel(II) karbonat NiCO3 1,42×10-7
Nikel(II) hidroksida Ni(OH)2 5,48×10-16
Nikel(II) iodat Ni(IO3)2 4,71×10-5
Nikel(II) fosfat Ni3(PO4)2 4,74×10-32
Nikel(II) sulfida (alfa) NiS 4×10-20
Nikel(II) sulfida (beta) NiS 1,3×10-25
Paladium(II) tiosianat Pd(SCN)2 4,39×10-23
Kalium heksakloroplatinat K2PtCl6 7,48×10-6
Kalium perklorat KClO4 1,05×10-2
Kalium periodat KIO4 3,71×10-4
Praseodimium hidroksida Pr(OH)3 3,39×10-24
Radium iodat Ra(IO3)2 1,16×10-9
Radium sulfat RaSO4 3,66×10-11
Rubidium perklorat RuClO4 3,00×10-3
Skandium fluorida ScF3 5,81×10-24
Skandium hidroksida Sc(OH)3 2,22×10-31
Perak(I) asetat AgCH3COO 1,94×10-3
Perak(I) arsenat Ag3AsO4 1,03×10-22
Perak(I) bromat AgBrO3 5,38×10-5
Perak(I) bromida AgBr 5,35×10-13
Perak(I) karbonat Ag2CO3 8,46×10-12
Perak(I) klorida AgCl 1,77×10-10
Perak(I) kromat Ag2CrO4 1,12×10-12
Perak(I) sianida AgCN 5,97×10-17
Perak(I) iodat AgIO3 3,17×10-8
Perak(I) iodida AgI 8,52×10-17
Perak(I) oksalat Ag2C2O4 5,40×10-12
Perak(I) fosfat Ag3PO4 8,89×10-17
Perak(I) sulfat Ag2SO4 1,20×10-5
Perak(I) sulfit Ag2SO3 1,50×10-14
Perak(I) sulfida Ag2S 8×10-51
Perak(I) tiosianat AgSCN 1,03×10-12
Stronsium arsenat Sr3(AsO4)2 4,29×10-19
Stronsium karbonat SrCO3 5,60×10-10
Stronsium fluorida SrF2 4,33×10-9
Stronsium iodat Sr(IO3)2 1,14×10-7
Stronsium iodat monohidrat Sr(IO3)2×H2O 3,77×10-7
Stronsium iodat heksahidrat Sr(IO3)2×6H2O 4,55×10-7
Stronsium oksalat SrC2O4 5×10-8
Stronsium sulfat SrSO4 3,44×10-7
Talium(I) bromat TlBrO3 1,10×10-4
Talium(I) bromida TlBr 3,71×10-6
Talium(I) klorida TlCl 1,86×10-4
Talium(I) kromat Tl2CrO4 8,67×10-13
Talium(I) hidroksida Tl(OH)3 1,68×10-44
Talium(I) iodat TlIO3 3,12×10-6
Talium(I) iodida TlI 5,54×10-8
Talium(I) tiosianat TlSCN 1,57×10-4
Talium(I) sulfida Tl2S 6×10-22
Timah(II) hidroksida Sn(OH)2 5,45×10-27
Itrium karbonat Y2(CO3)3 1,03×10-31
Itrium fluorida YF3 8,62×10-21
Itrium hidroksida Y(OH)3 1,00×10-22
Itrium iodat Y(IO3)3 1,12×10-10
Zink arsenat Zn3(AsO4)2 2,8×10-28
Zink karbonat ZnCO3 1,46×10-10
Zink karbonat monohidrat ZnCO3×H2O 5,42×10-11
Zink fluorida ZnF 3,04×10-2
Zink hidroksida Zn(OH)2 3×10-17
Zink iodat dihidrat Zn(IO3)2×2H2O 4,1×10-6
Zink oksalat dihidrat ZnC2O4×2H2O 1,38×10-9
Zink selenida ZnSe 3,6×10-26
Zink selenit monohidrat ZnSe×H2O 1,59×10-7
Zink sulfida (alfa) ZnS 2×10-25
Zink sulfida (beta) ZnS 3×10-23
Keterangan:
(*) Cu2O + H2O → 2 Cu+ + 2 OH-
(**) HgO + H2O → Hg2+ + 2 OH-
Publisher: Unknown - 17.00

Jumat, 26 April 2013

,

Kelarutan

Pengertian Kelarutan

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi).

Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air.
kelarutan

Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelarutan suatu solut pada pelarut, yang dikenal dengan aturan kelarutan. Pada keadaan tertentu, kesetimbangan kelarutan dapat menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau metastabil.

Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat. Sebagai contoh adalah zink yang tak dapat larut dalam asam klorida. Tetapi karena adanya reaksi antara gas hidrogen dengan zink klorida menyebabkannya seperti larut. Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau faktor kinetik lainnya, maupun waktu pelarutan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelarutan adalah suhu dan tekanan.

Suhu

Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat jika suhu dinaikkan melebihi 100º C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi (mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar.

Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu. Inilah yang mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi.

Tekanan

Pada fase terembun, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan; namun biasanya lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan ideal, ketergantungan kelarutan pada tekanan diberikan diungkapkan dengan rumus:


dimana indeks i merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i, P adalah tekanan, indeks T menyatakan suhu kosntan, Vi,cr adalah volume molar parsial komponen ke i, dan R merupakan tetapan gas universal.
Publisher: Unknown - 17.00

Kamis, 25 April 2013

,

Reaksi Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karboksilat rantai panjang. Dengan demikian, reaksi yang dapat terjadi pada asam lemak hampir sama dengan reaksi asam karboksilat.

Keasaman

Asam lemak tidak menunjukkan adanya variasi dalam hal keasaman. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat tetapan kesetimbangan asam (pKa) masing-masing asam lemak. Asam nonanoat mempunyai pKa yaitu 4,96; sedikit lemah dibandingkan dengan asam asetat, yaitu 4,76. Semakin meningkatnya panjang rantai, kelarutan asam lemak dalam air berkurang drastis. Dengan demikian, pH asam lemak rantai panjang mempunyai pengaruh yang kecil pada larutan berair (aqueous). Bahkan asam lemak yang tak dapat larut dalam air akan larut dalam etanol, dan dapat dikenai titrasi dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator asam basa berupa pp. Analisis ini digunakan untuk menentukan asam lemak bebas.

Hidrogenasi dan Pengerasan

Hidrogenasi asam lemak tak jenuh dilakukan untuk membentuk asam lemak jenuh, yang cenderung membentuk suatu bau tengik. Karena asam lemak jenuh mempunyai titik leleh yang lebih tinggi daripada tak jenuh, proses ini disebut sebagai proses pengerasan. Teknologi ini digunakan untuk mengubah minyak nabati menjadi margarin. Selama hidrogenasi parsial, asam lemak tak jenuh dan berisomerisasi dari cis ke trans.

Semakin dipaksa untuk berhidrogenasi seperti menggunakan H2 dalam tekanan dan suhu tinggi, asam lemak akan berubah menjadi lemak alkoholis. Lemak alkoholis lebih mudah dihasilkan dari ester asam lemak.

Pada reaksi Varrentrapp, asam lemak tak jenuh tertentu dipecah menggunakan basa.

Auto Oksidasi

Asam lemak tak jenuh dapat melangsungkan perubahan kimia yang disebut auto oksidasi. Proses ini membutuhkan oksigen (udara) dan dipacu oleh adanya logam.

minyak nabati

Minyak sayur tak dapat mengalami proses auto oksidasi karena mengandung antioksidan bernama tocopherol. Karena mengandung antioksidan, minyak sayuran baik untuk manusia. Lemak dan minyak sering diperlakukan dengan agen pengkhelat seperti asam sitrat untuk membuang katalis logam.

tocopherol
Struktur tocopherol, antioksidan dalam minyak sayur

Ozonolisis

Asam lemak tak jenuh mudah mengalami degradasi oleh ozon. Reaksi ini dilangsungkan dalam produksi asam azelat ((CH2)7(CO2H)2) dari asam oleat.
Publisher: Unknown - 17.00

Rabu, 24 April 2013

,

Asam Lemak

Pengertian Asam Lemak

Asam lemak adalah suatu senyawa golongan asam karboksilat yang mempunyai rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak jenuh. Asam lemak alami mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap dari 4 hingga 28. Asam lemak merupakan turunan dari trigliserida atau fosfolipid. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang tidak terikat pada molekul lain. Asam lemak merupakan sumber bahan bakar makhluk hidup yang sangat penting, karena ketika termetabolisme, asam lemak menghasilkan ATP dengan jumlah yang besar. Beberapa tipe sel depat menggunakan baik karbohidrat ataupun asam lemak sebagai bahan bakar.

Jenis-jenis Asam Lemak

Asam lemak mempunyai ikatan rangkap karbon-karbon yang dikenal dengan istilah tidak jenuh. Asam lemak tanpa ikatan rangkap dikenal sebagai asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh dan jenuh tentu mempunyai perbedaan panjang ikatan.

gambar asam lemak

Asam lemak tak jenuh

Asam lemak tak jenuh mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap antara atom karbon. Dua atom karbon yang terikat pada atom-atom karbon yang berikatan rangkap satu sama lain mempunyai konfigurasi cis-trans.
cis
Konfigurasi cis berarti atom hidrogen berada dalam sisi yang sama pada atom karbon ikatan rangkap. Kekakuan ikatan rangkap membekukan konformasinya. Konfigurasi cis menyebabkan bengkoknya rantai dan mencegah bebasnya asam lemak untuk berkonformasi. Ikatan rangkap konfigurasi cis mempunyai fleksibilitas yang rendah. Asam lemak tak jenuh yang mempunyai ikatan konfigurasi cis disebut dengan lemak cis.
trans
Konfigurasi trans berarti atom hidrogen berada dalam sisi yang berseberangan pada atom karbon berikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh dengan konfigurasi trans tidak terlalu bengkok, dan bentuknya hampir sama dengan asam lemak jenuh. Asam lemak dengan konfigurasi trans disebut  lemak trans.

Pada asam lemak tak jenuh alami, masing-masing ikatan rangkap mempunyai tiga n atom karbon setelahnya, untuk beberapa n, semuanya berikatan rangkap cis. Sebagian besar asam lemak yang mempunyai konfigurasi trans (lemak trans) tidak terdapat di alam.

Contoh lemak tak jenuh. Di bawah ini adalah tabel lengkap dari contoh-contoh asam lemak tak jenuh.

NamaRumus Struktur
Asam miristoleatCH3(CH2)3CH=CH(CH2)7COOH
Asam palmitoleatCH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH
Asam sapienatCH3(CH2)8CH=CH(CH2)4COOH
Asam oleatCH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Asam elaidatCH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Asam vaksenatCH3(CH2)5CH=CH(CH2)9COOH
Asam linoleatCH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Asam linoelaidatCH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Asam α linoleatCH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Asam arakhidonatCH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)3COOH
Asam eikosapentaenoatCH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)3COOH
Asam erukatCH3(CH2)7CH=CH(CH2)11COOH

Asam lemak jenuh

Asam lemak jenuh merupakan asam karboksilat rantai panjang dengan panjang rantai 12 hingga 24 dan tidak berikatan rangkap. Karena asam lemak jenuh hanya mempunyai iakatan tunggal, masing-masing atom karbon dalam rantai mengikat dua atom hidrogen kecuali karbon omega yang mempunyai tiga atom hidrogen pada ujungnya.

Contoh asam lemak jenuh disajikan pada tabel berikut:

NamaRumus Struktur
Asam kaprilatCH3(CH2)6COOH
Asam kapratCH3(CH2)8COOH
Asam lauratCH3(CH2)10COOH
Asam miristatCH3(CH2)12COOH
Asam palmitatCH3(CH2)14COOH
Asam stearatCH3(CH2)16COOH
Asam arakhidatCH3(CH2)18COOH
Asam bahenatCH3(CH2)20COOH
Asam lignoseratCH3(CH2)22COOH
Asam serotatCH3(CH2)24COOH

Pembuatan Asam Lemak

Dalam industri asam lemak dibuat dari trigliserida melalui reaksi hidrolisis, dengan pelepasan gliserol. Beberapa asam lemak dibuat dengan cara hidrokarboksilasi alkena.

Biosintesis asam lemak melibatkan kondensasi asetil-CoA. Karena koenzim membawa dua gugus beratom karbon dua, hampir semua asam lemak alami mempunyai jumlah atom karbon genap.
Publisher: Unknown - 17.00

Selasa, 23 April 2013

,

Trigliserida

Pengertian Trigliserida

Trigliserida adalah ester dari asam lemak dan alkohol trifungsional (gliserol). Trigliserida mempunyai nama lain triasilgliserol (TAG atau triasilgliserida). Gliserol mempunyai tiga buah gugus fungsi alkohol (gugus hidroksi, -OH) dengan nama lain 1,2,3-proponanatriol. Dengan demikian untuk dapat bereaksi membentuk sebuah ester (melangsungkan esterifikasi), gliserol membutuhkan tiga asam lemak. Tiga asam lemak dalam hal ini boleh tidak sama. Faktanya tiga asam lemak yang berbeda dapat melangsungkan reaksi dengan gliserol. Sintesis trigliserida merupakan penerapan reaksi pembentukan ester. Untuk menulis struktur trigliserida, yang harus diketahui adalah struktur gliserol dan struktur asam lemak penyusunnya.

Di bawah ini adalah tabel minyak dan lemak yang mengandung asam lemak.

Gliserida
 Lemak atau Minyak
Jenuh
Tak Jenuh
 Palmitat Stearat  Oleat Linoleat  Lainnya
Hewani
 Mentega 29 9 27 4 31
 Daging sapi 32 25 38 3 2
 Nabati
 Minyak jagung  10 4 34 48 4
 Minyak kedelai 7 3 25 56 9
 Minyak kacang tanah 7 5 60 21 7
 Minyak zaitun 6 4 83 7 -

Sintesis Trigliserida

Karena gliserol mempunyai tiga gugus hidroksi (-OH), maka diperlukan tiga buah asam lemak untuk membentuk satu ester. Secara sederhana, reaksi pembentukan trigliserida adalah pemutusan beberapa ikatan dan membentuk ester dan hasil samping berupa air. Sebagai contoh adalah pembentukan trilaurogliserol. Pertama, ikatan C-OH dari asam lemak dan ikatan O-H dari gliserol terputus. Dengan demikian, -OH dari asam lemak bergabung dengan -H dari gliserol membentuk HOH (air). Selanjutnya oksigen gliserol membentuk ikatan dengan asam lemak sehingga membentuk gugus ester. Keseluruhan proses terulang sampai tiga kali membentuk tiga buah gugus fungsi ester dan tiga molekul air.
trigliserida

Peranan dalam Penyakit

Di tubuh manusia, trigliserida dengan kadar yang tinggi dalam darah sering dikaitkan dengan kasus arterosklerosis dengan risiko penyakit jantung dan stroke. Meskipun demikian, efek negatif dari kadar yang tinggi tersbut sering dihubngkan dengan perbandingan LDL : HDL.

American Heart Association telah membuat sebuah petunjuk tentang kadar trigliserida.
Kadar (mg/dL) Kadar (mmol/L) Interpretasi
<150 <1,70 Rentang normal, risiko rendah
151-199 1,70-2,25 Sedikit di atas ambang batas normal
200-499 2,26-5,65 Berisiko
>500 >5,65 Sangat tinggi, risiko tinggi
Publisher: Unknown - 17.00

Senin, 22 April 2013

Cara Menentukan Titik Leleh

Penentuan titik leleh. Titik leleh adalah suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari padatan menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh dapat dicari melalui sebuah eksperimen. Bahan yang diperlukan adalah pipa kapiler dan alat penentu titik leleh.

Inilah gambar alat penentu titik leleh:

alat penentu titik leleh

Langkah-langkah penentukan titik leleh adalah sebagai berikut.
  1. Masukkan sampel padat ke dalam pipa kapiler hingga mencapai panjang sekitar 0,5 cm. Usahakan sampel mencapai bagian bawah pipa kapiler (bagian bawah adalah bagian yang tertutup / buntu).
  2. Memasukkan pipa kapiler ke dalam alat penentu titik leleh. Biasanya medium pemanas yang digunakan adalah gliserin.
  3. Pastikan padatan dalam pipa teramati lewat kaca pembesar alat.
  4. Nyalakan alat (meliputi lampu dan pemanas), dan mulailah mengamati kenaikan suhu lewat termometer.
  5. Catatlah suhu jika padatan mulai meleleh, dan catatlah suhu sekali lagi saat seluruh padatan leleh.
Misal, jika padatan mulai meleleh pada suhu 66o C dan meleleh sempurna pada suhu 68o C, maka titik leleh zat tersebut adalah 66-68o C.

Titik leleh juga dapat digunakan sebagai acuan apakah senyawa tersebut murni atau tidak. Senyawa murni biasanya mempunyai rentangan titik leleh tak lebih dari 3 derajat Celcius. Misalnya, suatu bahan mempunyai titik leleh 128-136o C, maka dapat diketahui senyawa tersebut belum murni karena rentang titik lelehnya adalah 8 derajat Celcius. Untuk memurnikan senyawa organik dapat menggunakan teknik rekristalisasi.
Publisher: Unknown - 17.00

Minggu, 21 April 2013

,

Perbedaan Mekanisme SN2, SN1, E1 dan E2

Perbedaan mekanisme reaksi SN2, SN1, E1 dan E2. Reaksi substitusi alkil halida dengan nukleofil dapat terjadi oleh suatu jalur SN1 atau jalur SN2. Metil halida, alkil halida primer dan sekunder terutama bereaksi dengan jalur SN2. Laju reaksi SN2 meningkat dengan bertambahnya nukleofilisitas spesies penyerang. Nukleofil yang lazim baiknya adalah -OH, -OR, dan -CN.

mekanisme reaksi E1 E2 SN1 SN2

Rintangan yang meningkat di sekitar karbon yang terhalogenasi mengurangi laju reaksi SN2. Alkil halida tersier terlalu terintangi untuk menjalani reaksi dengan jalur SN2, namun dapat menjalani reaksi dngan jalur SN1 (lewat karbokation antara) dengan suatu nukleofil seperti H2O atau ROH. Metil halida dan alkil halida primer sama sekali tidak mengalami reaksi SN1; alkil halida sekunder bereaksi lambat dengan jalur ini.

Inilah ringkasan perbedaan reaksi SN2, SN1, E1 dan E2. Untuk memudahkan dalam mengingat, urutkan pola belajar mekanisme dari SN2, SN1, E1 dan E2.

Mekanisme reaksi SN2

Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari belakang. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh reaksi mekanisme SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut ini.

mekanisme reaksi SN2

Mekanisme reaksi SN1

Mekanisme reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH
Terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara t-butil bromida dengan air.

Tahap 1.
mekanisme reaksi SN1 tahap 1

Tahap 2.
mekanisme reaksi SN1 tahap 2

Tahap 3.
mekanisme reaksi SN1 tahap 3

Mekanisme reaksi E1

Mekanisme reaksi E1 merupakan alternatif dari mekanisme reaksi SN1. Karbokation dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam reaksi eliminasi.
Mekanisme reaksi E1 terdiri dari dua tahap. Perhatikan contoh berikut ini.

Tahap 1.
Tahap 1 reaksi E1 berjalan lambat.
mekanisme reaksi E1 tahap 1

Tahap 2.

Tahap 2 reaksi E1 berjalan cepat.

Mekanisme reaksi E2

Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti -OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor. Dengan memanaskan alkil halida dalam KOH, CH3CH2ONa.

mekanisme reaksi E2
Publisher: Unknown - 17.00

Sabtu, 20 April 2013

,

Teori Mekanika Kuantum

Walaupun teori Bohr telah melukiskan struktur atom cukup detil, namun masih ada sesuatu yang hilang. Untuk ini perlu kiranya ditinjau kembali mengenai sifat cahaya. Para ilmuwan selalu saja mendapat kesulitan dalam melukiskan sifat karakteristik cahaya. Banyak percobaan dengan jelas menunjukkan bahwa cahaya bersifat gelombang, tetapi pada percobaan lain menunjukkan bahwa cahaya bersifat sebagai partikel (yang nantinya dikenal sebagai aliran foton yang membawa paket-paket energi atau sejumlah energi diskret terkuantisasi), sebagaimana terjadi pada berbagai jenis gejala.

mekanika kuantum

Dari perbandingan gejala-gejala tersebut dapat dipertimbangkan bahwa sifat cahaya atau energi radiasi secara umum berhubungan dengan sifat gelombang dan sifat partikel atau sering dikenal sebagai dualisme cahaya yaitu sifat gelombang partikel. Dalam hal seperti ini, sejumlah asumsi kemudian merupakan dasar pengembangan teori kuantum dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Atom-atom berkelakuan sebagai osilator, menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi gelombang yang karakteristik bagi atom yang bersangkutan.
  2. Energi tidak dibawa oleh gelombang itu sendiri melainkan oleh foton yang kecepatan alirnya diberikan oleh intensitas gelombang yang bersangkutan.
  3. Kecepatan pancaran gelombang oleh osilator-osilator menentukan peluang pancaran foton oleh sumbernya.
Ketiga asumsi tersebut dapat diringkas dalam bentuk kuantum asli seperti yang diusulkan oleh Max Planck, yaitu bahwa osilator-osilator memancarkan energi dalam bentuk kelipatan integral dari paket energi basis (yaitu foton) sebagai:
E = nhv
dengan:
n = bilngan kuantum atau diskret
v = frekuensi osilator).
Publisher: Unknown - 17.00

Jumat, 19 April 2013

,

Spektrum Atom Hidrogen

Atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana, hanya tersusun oleh satu proton dan satu elektron. Karena spektrum atom bersifat khas bagi atom yang bersangkutan, adalah beralasan jika muncul dugaan adanya hubungan yang mendasar antara spektrum atom dengan distribusi elektron di sekeliling inti atom hidrogen yang merupakan suatu langkah awal yang paling fundamental dalam usaha elusidasi struktur elektronik sautu atom. Spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan tereksitasi terdiri atas garis-garis spektrum yaitu satu set dalam daerah uv (ultra violet), satu set dalam daerah tampak (visible, artinya tampak oleh mata manusia) dan beberapa set dalam inframerah (IR, infrared) dari spektrum elektromagnetik seperti ditunjukkan oleh gambar berikut. Spektrum ini diperoleh jika cahaya pucat kebiruan dari gas hidrogen yang dipijarkan (artinya teratomisasi) dilewatkan pada sebuah prisma gelas.

spektrum emisi atom hidrogen

Bertahun-tahun para ilmuwan berusaha mendapatkan suatu pola formula yang melukiskan hubungan antar panjang gelombang garis-garis spektrum atom hidrogen, dan akhirnya pada tahun 1885 J. Balmer (Swiss) berhasil menunjukkan bahwa grafik hubungan antara frekuensi (v) dengan 1/n2 ternyata berupa garis lurus.

Balmer juga meramalkan adanya sejumlah garis-garis spektrum yang pada waktu itu belum ditemukan, garis-garis spektrum yang memenuhi persamaan disebut deret Balmer. Dalam kurun waktu kira-kira 40 tahun kemudian akhirnya ditemukan beberapa deret garis lain yang mirip dengan deret Balmer. Deret baru ini kemudian diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu Lyman (1906) yang terpencar pada daerah ultraviolet, Paschen (1908) yang terpencar pada daerah inframerah-dekat, Brackett (1922) yang terpencar pada daerah inframerah dan deret Pfund (1923) yang terpencar pada derah inframerah-jauh. Pada dasarnya, sebaran garis-garis cenderung konvergen dan melemah sejalan dengan makin pendeknya panjang gelombang atau naiknya energi.
Publisher: Unknown - 17.00

Kamis, 18 April 2013

,

Bentuk Simetri Orbital Atom

Bentuk dan sifat simetri orbital atom. Atas dasar fungsi gelombang polar, maka dengan memasukkan harga sudut θ dan Φ, bentuk dan sifat simetri orbital-orbital yang bersangkutan dapat dilukiskan, dan secara kualitatif akan dijelaskan dengan gambar.

Bentuk Orbital s

Orbital s mempunyai fungsi gelombang yang berharga konstan tertentu. Untuk 1s, tidak bergantung pada sudut θ maupun Φ, oleh karena itu, ia berbentuk bola bulat simetri dengan tanda positif di segala arah. Istilah simetri dipakai untuk melukiskan kesamaan dua titik atau daerah yang terletak pada garis lurus dan saling berseberangan dengan titik pusat simetri (0,0,0).

bentuk simetri orbital s

Bentuk Orbital p, d, dan f

Orbital-orbital p, d, dan f pada dasarnya berbentuk cuping-dumbbell bagai balon terpilin, yang mempunyai orientasi sesuai dengan fungsi gelombang bagian polar yang bersangkutan. Orbital px, py, dan pz secara berturut-turut, masing-masing cuping teletak di sepanjang sumbu x, y, dan z. Dengan mudah, dapat ditentukan bahwa cuping di sepanjang sumbu positif bertanda positif (+) dan sebaliknya di sepanjang sumbu negatif bertanda negatif (-). Terhadap titik pusat simetri (0,0,0) dikatakan bahwa orbital p bersifat antisimetris, karena kearah yang berlawanan dengan jarak yang sama pada garis lurus yang melalui titik pusat simetri didapatkan titik-titik atau daerah daerah yang sama namun berlawanan tanda.

Gambar bentuk dan sifat simetri obital p adalah sebagai berikut:
bentuk simetri orbital p


Gambar bentuk dan sifat simetri orbital d adalah sebagai berikut:
bentuk simetri orbital d

Gambar bentuk dan sifat simetri salah satu orbital f (dalam gambar berikut adalah fxyz) adalah sebagai berikut:
bentuk simetri orbital s




Publisher: Unknown - 17.00

Rabu, 17 April 2013

,

Ligan Senyawa Kompleks

Pengertian Ligan

Ligan adalah sebuah ion atau molekul netral yang mampu mengikat secara koordinasi atom atau ion logam pusat dalam senyawa kompleks. Ligan berperan sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron), dan logam pusat yang mengikatnya berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron). Ligan mempunyai paling tidak satu atom donor dengan sepasang elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom atau ion logam pusat.

Jenis-jenis Ligan

Ligan Monodentat

Ligan monodentat hanya mempunyai satu atom donor yang digunakan untuk mengikat ion atau atom pusat. Contoh ligan monodentat adalah ion klorida (disebut klorido), air (disebut aqua), ion hidroksida (disebut hidroksido), dan amonia (disebut amina).

Ligan Bidentat

Ligan bidentat mempunyai dua atom donor dan keduanya dapat digunakan untuk mengikat ion atau atom pusat. Contoh ligan bidentat adalah etilendiamin (disingkat en) dan ion oksalat (disingkat ox). Gambar di bawah merupakan etilen diamin, dimana warna biru merupakan atom nitrogen. Masing-masing atom nitrohen mempunyai satu pasang elektron bebas yang dapat digunakan untuk mengikat ion pusat.
etilendiamin

Ligan Polidentat

Ligan polidentat mempunyai lebih dari dua atom donor yang digunakan untuk mengikat logam atau ion pusat. EDTA yang merupakan ligan heksadentat adalah contoh ligan polidentat. EDTA mempunyai enam atom donor yang mempunyai pasangan elektron yang dapat digunakan untuk mengikat logam atau ion pusat.

Khelasi

Khelasi merupakan proses dimana ligan polidentat mengikat ion logam membentuk suatu cincin. Kompleks yang dihasilkan melelui proses ini disebut khelat, dan ligan polidentat disebut sebagai agen khelasi. Contoh ligan yang mampu membuat khelasi adalah EDTA. Di bawah ini merupakan contoh kompleks logam-EDTA.
kompleks logam EDTA

Warna dan Sifat Magnet

Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh penggantian ligan yang mengikat atom pusat. Walaupu demikian, bilangan oksidasi ion pusat tetaplah sama.

Deret Spektrokimia

Deret spektrokimia (spectrochemical series) merupakan susunan urutan ligan berdasarkan besar atau kecilnya energi pembelahan orbital d pada senyawa kompleks. Umumnya deret spektrokimia disusun dari kiri ke kanan, dimana ligan pada sisi kiri mempunyai pembelahan yang paling kecil (medan ligan kuat) dan ligan pada sisi kanan mempunyai pembelahan yang paling besar (medan ligan lemah). Deret spektrokimia ligan adalah:

I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < C2O42- < H2O < NCS- < CH3CN < NH3 < en < bipy < phen < NO2- < PPh3 < CN- < CO
Publisher: Unknown - 17.00

Selasa, 16 April 2013

,

Contoh Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks sangat erat dengan kehidupan manusia. Senyawa kompleks dikenal manusia sejak awal mula kemunculan ilmu kimia. Berikut ini adalah contoh senyawa kompleks, tiga di antaranya merupakan senyawa kompleks yang alami, sedangkan yang terakhir adalah buatan manusia. Inilah contoh senyawa kompleks.

Hemoglobin

Contoh senyawa kompleks yang pertama adalah hemoglobin. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Fe(II). Inilah rumus struktur hemoglobin tipe b.

struktur hemoglobin

Klorofil

Klorofil yang merupakan zat hijau daun dan berperan aktif dalam proses fotosintesis adalah suatu senyawa kompleks dengan atom pusat Mg. Inilah contoh klorofil tipe c1.
struktur klorofil


Vitamin B12

Contoh senyawa kompleks yang lain adalah vitamin B12. Vitamin B12 merupakan salah satu senyawa kompleks dengan atom pusat Co. Strukturnya yang sangat kompleks membuat vitamin B12 sulit untuk diproduksi dalam industri.

vitamin B12


EDTA

Kepanjangan EDTA adalah etilen diamin tetra asetat. EDTA banyak digunakan untuk memperkirakan kadar Mg2+ dan Ca2+ dalam air sadah.

EDTA

Publisher: Unknown - 17.00

Senin, 15 April 2013

,

Tata Nama Senyawa Kompleks

Tata nama senyawa kompleks dikembangkan karena banyaknya jenis senyawa kompleks yang bermunculan akhir-akhir ini oleh beberapa penelitian. Dahulu penamaan senyawa kompleks didasarkan pada warna yang bersangkutan. Namun sekarang ada standarisasi penamaan senyawa kompleks oleh IUPAC. Pemberian nama senyawa kompleks menurut IUPAC untuk senyawa kompleks sederhana mengadopsi sistem penamaan Stock dan Ewens-Basset.

ion senyawa kompleks
Cr(NH3)63+ diberi nama ion heksaaminakromium(III) atau ion heksaaminakromium(3+)

Inilah aturan tata nama senyawa kompleks:
  1. Jika senyawa kompleks bersifat molekuler atau netral, namanya ditulis hanya satu kata saja. Jika bersifat ionik, maka nama kation dipisahkan dan dituliskan lebih dulu kemudian diikuti nama anionnya seperti tata nama garam biasa.
  2. Nama ligan ditulis lebih dulu dan selanjutnya diikuti nama atom pusatnya. Untuk menyatakan banyaknya ligan dipakai awalan di, tri, tetra, penta, dan heksa. Untuk ligan yang kompleks (biasanya ligan organik) memakai awalan bis, tris, tetrakis, pentakis, dan heksakis.
  3. Jika ligan lebih dari satu macam, biasanya ditulis berdasarkan urutan alfabetik nama ligan, tidak termasuk awalannya.
  4. Ligan negatif mendapatkan akhiran "o" bagi nama kelompok aslinya yang berakhiran "at" maupun "it" dan akhiran "o (ido)" sebagai ganti akhiran "a (ida)" dari nama asli kelompoknya, sedangkan ligan netral sesuai nama molekulnya kecuali ligan-ligan khusus seperti H2O = aqua, NH3 = amina, CO = karbonil, NO = nitrosil.
  5. Nama atom pusat selalu diikuti langsung tanpa spasi dengan:
    • tingkat oksidasi yang ditulis dengan angka romawi di dalam tanda kurung kecil ()
    • muatan ion kompleks yang bersangkutan yang ditulis dengan angka arab yang diikuti tanda plus atau minus di dalam tanda kurung kecil ()
    • tingkat oksidasi (a) atau muatan ion (b) tidak perlu dituliskan jika penamaan menerapkan sistem stoikiometrik.
  6. Jika ion kompleks berupa anion, nama atom pusat diambil dari nama latinnya dengan akhiran "at" sebagai tambahan atau pengganti akhiran "um" atau "ium". Tetapi jika ion kompleks berupa kation atau kompleks netral, nama atom pusat sama dengan nama unsurnya.
  7. Alternatif lain adalah dengan menyebutkan proporsi stoikiometri entitas ion yang bersangkutan sebagai awalan pada kedua ionnya.

Berikut ini contoh penerapan tata nama senyawa kompleks:

Rumus MolekulNama Senyawa Kompleks

CaCl2.2H2O
kalsium klorida dihidrat (nama garam biasa)
K4[Fe(CN)6]kalium heksasianidoferat(II) atau kalium heksasianidoferat(4-) atau tetrakalium heksasianidoferat
[Cu(H2O)2(NH3)4]SO4tetraaminadiaquatembaga(II) sulfat atau tetraaminadiaquatembaga(2+) sulfat

[CoCl2(NH3)4]Cl
tetraaminadikloridokobalt(III) klorida atau tetraaminadikloridokobalt(1+) klorida
[Co(H2O)6]2+ion heksaaquakobalt(II) atau ion heksaaquakobalt(2+)
[Cr(NH3)6](NO3)3heksaaminakromium(III) nitrat atau heksaaminakromium(3+) nitrat
Co(py)2(NH3)2(NO2)2]NO3diaminadinitrodipiridinkobalt (III) nitrat
[Ni(en)3](SO2)trisetilendiaminanikel(II) sulfat atau trisetilendiaminanikel(2+) sulfat

Publisher: Unknown - 17.00

Minggu, 14 April 2013

,

Senyawa Kompleks

Pengertian Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks atau sering disebut dengan kompleks koordinasi adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya logam) yang dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau agen pengompleks. Contoh senyawa kompleks adalah cisplatin, yang mempunyai empat ligan, yaitu dua ligan klorido dan dua ligan amina.

senyawa kompleks
Cisplatin dengan rumus PtCl2(NH3)2 merupakan atom platina yang mengikat empat ligan.

Sejarah Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks telah dikenal manusia sejak awal kemunculan ilmu kimia, misalnya adanya warna biru prusia (Prussian blue). Terobosan utama terjadi ketika Alfred Werner mengusulkan sebuah teori pada tahun 1893 bahwa Co(III) dapat mengikat enam ligan dalam geometri oktahedral. Teorinya memungkinkan peneliti untuk memahami perbedaan antara ikatan ion dan ikatan koordinasi dalam suatu senyawa, misalnya klorida dalam kobalt amina klorida dan dapat menjelaskan banyaknya isomer yang belum pernah dijelaskan sebelumnya.

Pada tahun 1914, Werner mengusulkan kompleks koordinasi pertama yang disebut heksol. Heksol mengandung isomer optik, dan mematahkan teori bahwa senyawa karbon saja yang bisa memiliki kiralitas.

Sifat Elektronik Senyawa Kompleks

Sifat-sifat kompleks logam ditentukan oleh struktur elektroniknya. Struktur elektronik dapat dijelaskan dengan model ionik yang mengandung muatan formal terhadap logam dan ligan. Pendekatan ini sering disebut sebagai Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory, CFT). CFT diperkenalkan oleh Hans Bethe pada tahun 1929, yang menggunakan mekanika kuantum untuk menjelaskan senyawa kompleks.

Ada sebuah model yang lebih canggih yang menyangkut kovalensi, dan pendekatan ini disebut sebagai Teori Medan Ligan (Ligands Field Theory, LFT) dan teori orbital molekul (MO). Teori medan ligan, diperkenalkan pada tahun 1935 dan dibangun dari teori orbital molekul, dapat menjelaskan lebih luas tentang senyawa kompleks pada interaksi kovalen.

Publisher: Unknown - 17.00

Sabtu, 13 April 2013

,

Glikolisis

Pengertian Glikolisis

Glikolisis secara harfiah berarti "pemecahan gula". Dalam glikolisis, glukosa (gula yang mempunyai 6 atom karbon) dibagi menjadi dua molekul gula yang mempunyai 3 atom karbon. Glikolisis menghasilkan dua molekul ATP (energi bebas molekul), dua molekul asam piruvat dan dua elektron energi tinggi pembawa molekul NADH. Glikolisis dapat terjadi dengan atau tanpa oksigen. Dengan adanya oksigen, glikolisis merupakan tahap pertama dari respirasi seluler. Tanpa oksigen, glikolisis memungkinkan sel untuk membuat sejumlah kecil ATP. Proses ini disebut fermentasi.

Proses Tahapan Glikolisis

Secara umum, glikolisis terdiri dari bebarapa tahap. Masing-masing proses langkah-langkah glikolisis mempunyai reaksi kimia yang khas. Inilah tahapan-tahapan glikolisis lengkap disertai dengan gambar glikolisis.

Tahap 1

Gugus fosfat ditambahkan oleh heksokinase fosforilat pada glukosa dalam sitoplasma. Dalam proses ini, gugus fosfat dari ATP ditransfer ke glukosamenghasilkan glukosa 6-fosfat. Reaksi ini tak dapat balik (irreversible).

Glukosa (C6H12O6) + heksokinase + ATP → ADP + Glukosa 6-fosfat (C6H11O6P1)

Tahap 2

Enzim fosfoglukoisomerase mengubah glukosa 6-fosfat menjadi isomernya, yaitu fruktosa 6-fosfat. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, tetapi berbeda susunan atom-atomnya. Reaksi pada tahap dua bersifat reversible.

Glukosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + Fosfoglukoisomerase → Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1)

Tahap 3

Enzim fosfofruktokinase menggunakan molekul ATP lain untuk mentransfer gugus fosfat menjadi fruktosa 6-fosfat untuk membentuk fruktosa 1, 6-bisfosfat.

Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase + ATP → ADP + Fruktosa 1, 6-bisfosfat (C6H10O6P2)

Tahap 4

Enzim aldolase membagi fruktosa 1, 6-bisfosfat menjadi dua gula yang berisomerisasi satu sama lain. Kedua gula tersebut adalah fosfat dihidroksiaseton dan fosfat gliseraldehida.

Fruktosa 1, 6-bisfosfat (C6H10O6P2) + aldolase → dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1

Tahap 5

Enzim triose fosfat isomerase mengubah molekul dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida fosfat. Gliseraldehida fosfat dihapus setelah dibentuk untuk digunakan pada langkah glikolisis berikutnya.

Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)

Hasil bersih untuk langkah 4 dan 5 adalah fruktosa 1, 6-bisfosfat (C3H5O3P1) ⇌ 2 molekul gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)

Tahap 6

Enzim triose fosfat dehidrogenase memiliki dua fungsi dalam langkah ini. Pertama transfer enzim hidrogen (H-) dari gliseraldehida fosfat ke oksidator nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) untuk membentuk NADH. Selanjutnya menambahkan fosfat (P) dari sitosol ke gliseraldehida fosfat teroksidasi untuk membentuk 1, 3-bisfosfogliserat. Proses ini melibatkan dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada langkah 5.

A. Triose fosfat dehidrogenase + 2 H- + 2 NAD+ → 2 NADH + 2 H+

B. Triose fosfat dehidrogenase + 2 P + 2 gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) → 2 molekul dari 1,3-bisfosfogliserat (C3H4O4P2)

Tahap 7

Enzim fosfogliserokinase memindahkan P dari 1,3-bissfosfogliserat ke molekul ADP untuk membentuk ATP, yang terjadi untuk setiap molekul dari 1,3-bisfosfogliserat. Proses ini menghasilkan dua molekul 3-fosfogliserat dan dua molekul ATP.

2 molekul 1,3-bisfosfogliserat (C3H4O4P2) + fosfogliserokinase + 2 ADP → 2 molekul 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) + 2 ATP

Tahap 8

Enzim fosfogliseromutase memindahkan P dari 3-fosfogliserat dari karbon ketiga menuju karbon kedua untuk membentuk 2-fosfogliserat.

2 molekul 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) + fosfogliseromutase → ​​2 molekul 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)

Tahap 9

Enzim enolase melepas molekul air dari 2-fosfogliserat untuk membentuk asam fosfoenolpiruvat (PEP). Hal ini terjadi untuk setiap molekul 2-fosfogliserat.

2 molekul 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase → ​​2 molekul asam fosfoenolpiruvat (PEP) (C3H3O3P1)

Tahap 10

Enzim piruvat kinase memindahkan P dari PEP ke ADP untuk membentuk asam piruvat dan ATP. Hal ini terjadi untuk setiap molekul PEP. Reaksi ini menghasilkan 2 molekul asam piruvat dan 2 molekul ATP.

2 molekul PEP (C3H3O3P1) + piruvat kinase + 2 ADP → 2 molekul asam piruvat (C3H4O3) + 2 ATP

Ringkasan Tahapan Proses Glikolisis

Jika diringkas, proses glikolisis adalah sebagai berikut. Sebuah molekul glukosa tunggal dalam glikolisis menghasilkan total 2 molekul asam piruvat, 2 molekul ATP, 2 molekul NADH dan 2 molekul air.

Sebanyak 2 molekul ATP digunakan dalam langkah 1 sampai 3. Sebanyak 2 molekul ATP dihasilkan pada langkah 7, dan 2 molekul ATP lainnya dihasilkan pada langkah 10. Sehingga total ATP yang dihasilkan adalah 4 molekul. Dengan demikian, seluruh proses glikolisis menyisakan 2 molekul ATP.
Publisher: Unknown - 17.00